Tampilkan postingan dengan label 4. price. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label 4. price. Tampilkan semua postingan

Jumat, 08 Oktober 2010

Harga Sembako Melambung, Omzet Pedagang Anjlok

Para pedagang kebutuhan pokok di seluruh pasar tradisional di Depok terus mengeluhkan kenaikan harga yang sudah terjadi hampir selama satu bulan. Hal itu berdampak pada daya beli masyarakat yang turun dan sepinya pembeli di pasar dalam tiga hari terakhir.
Salah satunya pedagang sayur mayor di Pasar Agung Sukmajaya Depok, Surip menuturkan, akibat kenaikan harga sembako ini, sudah sejak seminggu lalu para pedagang lebih cepat menutup dagangannya dari hari-hari biasa.
Selain itu, kata Surip, sejak melonjaknya harga sembako di sejumlah pasar tradisional, omzet penjualannya jauh menurun.
“Kalau harga kebutuhan dapur seperti cabai, bawang, sayur-mayur dan telur ayam sejak beberapa hari ini sedikit mulai turun. Namun, pembeli tetap saja masih sepi akibatnya banyak pedagang lebih cepat menutup dagangannya. Kalau sebelumnya, saya berdagang sampai pukul 16.00 WIB tapi sekarang pukul 13.00 WIB sudah tutup,” ujarnya di saat ditemui di Depok, Senin (19/7/10).
Hal yang sama dilontarkan pedagang lainnya, Amin (38), di mana konsumen mulai mengurangi bahan-bahan kebutuhan pokok yang dibelinya. Amin mencontohkan, semula konsumen membeli cabai merah keriting dan cabai rawit hijau rata-rata 1 kg, kini berkurang menjadi 0,5 kg.
“Kami justru heran, persediaan cukup tapi harga pembelian naik. Apakah mungkin ada permainan spekulan dalam permainan harga,” tanya Amin.
Sementara itu, harga beras kualitas bagus di Depok saat ini juga sudah mulai melonjak. Beras karungan berisi 23 kg merek Rojolele naik menjadi Rp215 ribu per karung dari Rp185 ribu. Sedangkan beras jenis Ramos kini Rp200 ribu per karung dari Rp175 ribu.
“Kenaikan harga beras di pasaran, justru mengurangi pendapatan kami. Harga beras ini diperkirakan akan naik lagi menjelang puasa bulan Agustus mendatang,” tutur Reza pedagang di Pasar Cisalak Cimanggis, Depok.

http://koranbaru.com/harga-sembako-melambung-omzet-pedagang-anjlok/

Harga Sembako Terus Naik Harga beras naik setiap pekan.

JAKARTA- Harga sembilan bahan pokok (sembako), terutama beras mengalami kenaikan cukup tinggi dalam beberapa hari ini. Menurut para pedagang, curah hujan yang tinggi membuat pasokan terlambat datang. Selain itu, gagalnya hasil panen akibat banjir juga membuat kenaikan tak bisa dielakkan.
"Naik semua sekarang," ujar Aminah, salah satu pedagang sayur-mayur di Perusahaan Daerah (PD) Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (20/1).Di Pasar Minggu, harga minyak goreng sawit yang semula Rp 9.000 per kilonya, kini naik Rp 10.500. Kenaikan juga terjadi pada gula pasir. Semula Rp 10 ribu per kilo, kini naik hingga menjadi Rp 12 ribu. Harga beras juga mengalami kenaikan. Beras jenis IR 64, misalnya, naik Rp 1.000 per kilonya, dari harga Rp 3.900 menjadi Rp 4.900.
Kenaikan harga bahan pokok juga terlihat di Pasar Mayestik. Di pasar ini bahkan sejumlah sayur-mayur, seperti ketimun dan tomat mengalami kenaikan harga. "Ketimun dari Rp 2.000 jadi Rp 4.000. Kalau tomat, biasanya Rp 3.500 jadi Rp 5.000," ujar Hendi Julianto, pedagang sayur.
Sama halnya dengan PD Pasar Minggu, kenaikan beras juga terjadi di pasar ini. Alasan yang diutarakan pedagang pun sama. Menurut pedagang, harga beras naik hampir setiap harinya. "Nggak tahu kenapa," kata Iqbal, salah satu pedagang sembako.
Kenaikan harga beras juga terjadi di Pasar Induk Beras Cipinang. Salah seorang pedagang, Rusdi Syah (72 tahun) mengatakan, kenaikan terjadi sejak Desember 2009 hingga Januari."Kenaikan harga tidak drastis, satu minggu ke minggu lainnya harga beras naik rata-rata Rp 100."
Rusdi mengatakan, kenaikan harga terjadi karena pasokan beras berkurang, sedangkan konsumen tetap. Dia juga menambahkan, faktor lain penyebab kenaikan harga beras, yakni musim hujan, waktu petani menanam sawahnya sehingga belum panen.
"Kalau sudah seperti ini, pasokan gabah di desa-desa tempat petani menanam padi berkurang," jelasnya.
Konsumen mengaku resah dengan kenaikan harga ini. Kenaikan harga dirasa sangat memberatkan masyarakat, mengingat kondisi perekonomian yang terbilang pas-pasan dan sulit.
Sumasni (50), warga Jl Pisangan Lama III Jatinegara Jakarta Timur, mengaku kenaikan harga sembako membuat ia harus menambah uang belanjanya, dari Rp 15 ribu per hari menjadi Rp 20 ribu. Nenek dua cucu ini berharap harga
beras bisa kembali normal. "Jangan seperti sekarang," pintanya.Biasanya, dia membeli beras dengan harga Rp 4.500. Sejak awal Januari, dia membeli beras dengan harga Rp 5.000.
"Itu pun kualitasnya lebih buruk," ujarnya. Di Garut, Jawa Barat, merangkaknya harga beras dalam beberapa pekan terakhir ini, mengakibatkan banyak masyarakat di pelosok mengalami rawan daya beli."Sekitar 30 persen masyarakat di pelosok Kabupaten Garut mengalami rawan daya beli," kata Sekjen LSM Masyarakat Peduli Pangan (MPP), Iwan Ridwan, kepada Republika.
Sebagian besar masyarakat tak lagi mampu membeli beras dengan harga yang makin tinggi. Untuk mengatasinya, imbuh dia, masyarakat hanya mengonsumsi beras kualitas rendah. Itu pun hanya dilakukan satu kali dalam sehari. Sebagai penggantinya, warga memilih mengonsumsi singkong, ubi, atau jagung.
"Banyak masyarakat yang tak mampu membeli beras," tutur dia. Kabag Informatika Pemkab Garut, Didik Hendra-jaya, membantah adanya rawan daya beli di wilayah-, nya. Yang ada, kata dia, masyarakat mulai mengeluh adanya kenaikan harga beras yang mencapai Rp 500 per kilogram.


http://bataviase.co.id/detailberita-10539989.html

Harga BBM Naik

Rabu 21 April 2010, akan terjadi kenaikan harga jual BBM di UAE. Suatu kebijakan yang sangat tidak populer dan cukup aneh ditengah kondisi saat ini. Pun juga baru pertama kali saya alami setelah 4 tahun tinggal di negri ini.
Akan terjadi kenaikan harga jual sebesar Aed 0.15/liter atau 15fils/liter untuk setiap jenis BBM premium (gasoline) yang dijual saat ini. Harga jual jenis paling rendah (unleaded) E-plus (octane 88/90) akan dijual menjadi Aed 1.42/l, Special (octane 95) Aed 1.52/l dan Super (octane 98) Aed 1.63/l (Aed 1 berkisar Rp 2550).
Suatu hal yang cukup aneh dan membuat semua orang heran, apa alasan pemerintah UAE menaikkan harga jual BBM? Menurut pemberitaan di koran-koran, hal ini dilakukan pemerintah setempat untuk menyesuaikan harga jual BBM dengan harga jual dipasar international.  Namun demikian, kebijakan menaikkan harga jual BBM ini bisa dikatakan sangat jarang terjadi. Entah kenapa, harga jual BBM di UAE yang sudah lebih tinggi dibanding negara-negara tetangganya yang juga termasuk produsen besar minyak mentah (seperti Oman, Saudi dan Qatar) tetap dinaikkan.
Walaupun masih tergolong lebih murah dibanding harga international, namun disinyalir pemerintah UAE secara bertahap akan menghapuskan subsidi harga jual BBM yang selama ini terjadi. Namun yang bikin heran, kenapa disaat harga jual crude oil (minyak mentah) berkisar di USD 80/barrel baru dilakukan hal ini, sedangkan pada saat harga jual berkisar USD 140/barrel, subsidi tetap dipertahankan.
Banyak spekulasi yang mengatakan kenaikan ini terjadi karena pemerintah UAE hendak mengurangi subsidi yang lebih banyak dinikmati oleh para pendatang, dibandingkan warga negaranya sendiri. Masuk akal jika kita melihat jumlah populasi penduduk yang tinggal di negara ini berkisar 8-9 juta jiwa, yang merupakan citizen (warga negara) UAE hanya berkisar 1.5-2 juta saja, selebihnya adalah pendatang seperti saya.
Ada juga yang mengatakan bahwa hal ini dilakukan untuk menekan laju peningkatan populasi kendaraan bermotor di negri ini, terutama di kota-2 besar seperti Abu Dhabi dan Dubai, yang sudah mulai menunjukkan kemacetan yang cukup parah. Dengan menaikkan harga jual BBM, setidaknya dapat mengurangi niat para penduduk untuk memiliki kendaraan bermotor yang harganya relatif lebih murah. Namun jika diperhatikan, yang terkena dampak dari hal ini relatif pada penduduk golongan menengah kebawah yang memiliki kendaraan dengan volume mesin yang relatif kecil (kurang dari 2000cc atau 2 liter engine), sedangkan yang memiliki kendaraan dengan volume mesin relatif besar rasanya tidak akan terpengaruhin, karena mereka ini biasanya golongan ekonomi menengah keatas dan umumnya adalah para warga negara setempat. Jadi bila dilihat perbandingan jumlah kendaraan bermesin kecil dibanding dengan kendaraan bermesin besar, rasanya kebijakan ini kurang tepat. Bisa saya katakan ratio perbandingan kedua jenis kendaraan itu adalah 1:1. Lihat saja di jalan raya, kendaraan yang digunakan menjadi taxi minimal Nissan Tiida 2.0l, umumnya Toyota Camry ataupun Nissan Altima, yang notabene keduanya memiliki volume engine berkisar 2.4-2.5L. Itu baru kendaraan umum, belum lagi kendaraan pribadi, Mercedes E-class, Honda Accord, Audi A6, dsb adalah pemandangan wajar. Malah Suzuki Swift, Toyota Corolla, Chevrolet Aveo dan Honda Jazz akan sulit ditemui sekali pandang.
Ada lagi spekulasi iseng yang mengatakan, kenaikan dilakukan sehubungan pendapatan negara yang berkurang. Karena kebijakan pemerintahnya yang mengurangi jumlah produksi minyak mentah ditambah harga jual minyak yang cuma USD 80/barrel, membuat pendapatan negara banyak berkurang dibanding beberapa tahun terakhir. Sedangkan para Sheikh yang punya negara nggak mau jatah pendapatannya berkurang, juga harus banyak nalangin utangnya Dubai. Jadi salah satu cara menaikkan pendapatan/devisa negara adalah menghilangkan subsidi BBM.
Waduh, sudah telat nih.. saya harus buru-buru ke fuel station buat top-up tanki mobil.. Lumayan hemat beberapa dirham sebelum besok harga baru

http://umum.kompasiana.com/2010/04/20/harga-bbm-naik/

proses terbentuknya harga

Menurut Weston dan Brigham (1993), harga saham didefinisikan sebagai: ”The price at which stock sells in the market.” Sedangkan, harga pasar saham adalah nilai pasar sekuritas yang dapat diperoleh investor apabila investor menjual atau membeli saham, yang ditentukan berdasarkan harga penutupan atau closing price di bursa pada hari yang bersangkutan. Jadi, harga penutupan atau closing price merupakan harga saham terakhir kali pada saat berpindah tangan di akhir perdagangan.

Analisa saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik (intrinsic value) suatu saham dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saham tersebut pada saat ini (current market price). Sedangkan nilai intrinsik (NI) menunjukkan present value arus kas yang diharapkan dari suatu saham. (Sri Adiningsih dkk, 2001 : 317 - 318).

Pedoman yang digunakan untuk menilai harga saham adalah :
a. Bila nilai intrinsik (NI) lebih besar dari harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai undervalued (harganya terlalu rendah), dan karenanya layak dibeli atau ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki.
b. Bila nilai intrinsik (NI) lebih kecil dari harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai overvalued (harganya terlalu tinggi), dan karenanya layak dijual.
c. Bila nilai intrinsik (NI) sama dengan harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan.

Proses Terbentuknya Harga Saham
Menurut Sharpe (2000), proses terbentuknya harga saham dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
a. Demand to Buy Schedule
Investor yang hendak membeli saham akan datang ke pasar saham.
Biasanya mereka akan memakai jasa para broker atau pialang saham. Investor dapat memilih saham mana yang akan dibeli dan bisa menetapkan standar harga bagi investor itu sendiri.

b. Supply to sell schedule
Investor juga dapat menjual saham ke pasar saham. Investor tersebut dapat menetapkan pada harga berapa saham yang mereka miliki akan dilepas ke pasaran. Biasanya harga yang tinggi akan lebih disukai para investor.
c. Interaction of Schedule
Pertemuan antara permintaan dan penawaran menciptakan suatu titik temu yang biasa disebut sebagai titik ekuilibrium harga. Pada awalnya perusahaan yang mengeluarkan saham akan menetapkan harga awal untuk sahamnya. Saham tersebut kemudian akan dijual ke pasar untuk diperdagangkan. Saat di pasaran,harga saham tersebut akan berubah karena permintaan dari para investor. Ekspektasi harga yang dimiliki oleh buyer akan mempengaruhi pergerakanharga saham yang pada awalnya telah ditawarkan oleh pihak seller. Saat terjadi pertemuan harga yang ditawarkan oleh seller dan harga yang diminta oleh buyer, maka akan tercipta harga keseimbangan pasar modal.

Definisi/Pengertian Harga, Tujuan & Metode Pendekatan Penetapan Harga - Manajemen Pemasaran

A. Definisi / Pengertian Harga (Price)
Harga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam pemasaran suatu produk karena harga adalah satu dari empat bauran pemasaran / marketing mix (4P = product, price, place, promotion / produk, harga, distribusi, promosi). Harga adalah suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang dinyatakan dalam satuan moneter.
Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dari penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa.
Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh organisasi perusahaan.
B. Tujuan Penetapan Harga
1. Mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya
Dengan menetapkan harga yang kompetitif maka perusahaan akan mendulang untung yang optimal.
2. Mempertahankan perusahaan
Dari marjin keuntungan yang didapat perusahaan akan digunakan untuk biaya operasional perusahaan. Contoh : untuk gaji/upah karyawan, untuk bayar tagihan listrik, tagihan air bawah tanah, pembelian bahan baku, biaya transportasi, dan lain sebagainya.
3. Menggapai ROI (Return on Investment)
Perusahaan pasti menginginkan balik modal dari investasi yang ditanam pada perusahaan sehingga penetapan harga yang tepat akan mempercepat tercapainya modal kembali / roi.
4. Menguasai Pangsa Pasar
Dengan menetapkan harga rendah dibandingkan produk pesaing, dapat mengalihkan perhatian konsumen dari produk kompetitor yang ada di pasaran.
5. Mempertahankan status quo
Ketika perusahaan memiliki pasar tersendiri, maka perlu adanya pengaturan harga yang tepat agar dapat tetap mempertahankan pangsa pasar yang ada.
C. Cara / Teknik / Metode Penetapan Harga Produk
1. Pendekatan Permintaan dan Penawaran (supply demand approach)
Dari tingkat permintaan dan penawaran yang ada ditentukan harga keseimbangan (equilibrium price) dengan cara mencari harga yang mampu dibayar konsumen dan harga yang diterima produsen sehingga terbentuk jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan.
2. Pendekatan Biaya (cost oriented approach)
Menentukan harga dengan cara menghitung biaya yang dikeluarkan produsen dengan tingkat keuntungan yang diinginkan baik dengan markup pricing dan break even analysis.
3. Pendekatan Pasar (market approach)
Merumuskan harga untuk produk yang dipasarkan dengan cara menghitung variabel-variabel yang mempengaruhi pasar dan harga seperti situasi dan kondisi politik, persaingan, sosial budaya, dan lain-lain.

http://organisasi.org/definisi-pengertian-harga-tujuan-metode-pendekatan-penetapan-harga-manajemen-pemasaran