Jumat, 08 Oktober 2010

Harga Sembako Terus Naik Harga beras naik setiap pekan.

JAKARTA- Harga sembilan bahan pokok (sembako), terutama beras mengalami kenaikan cukup tinggi dalam beberapa hari ini. Menurut para pedagang, curah hujan yang tinggi membuat pasokan terlambat datang. Selain itu, gagalnya hasil panen akibat banjir juga membuat kenaikan tak bisa dielakkan.
"Naik semua sekarang," ujar Aminah, salah satu pedagang sayur-mayur di Perusahaan Daerah (PD) Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (20/1).Di Pasar Minggu, harga minyak goreng sawit yang semula Rp 9.000 per kilonya, kini naik Rp 10.500. Kenaikan juga terjadi pada gula pasir. Semula Rp 10 ribu per kilo, kini naik hingga menjadi Rp 12 ribu. Harga beras juga mengalami kenaikan. Beras jenis IR 64, misalnya, naik Rp 1.000 per kilonya, dari harga Rp 3.900 menjadi Rp 4.900.
Kenaikan harga bahan pokok juga terlihat di Pasar Mayestik. Di pasar ini bahkan sejumlah sayur-mayur, seperti ketimun dan tomat mengalami kenaikan harga. "Ketimun dari Rp 2.000 jadi Rp 4.000. Kalau tomat, biasanya Rp 3.500 jadi Rp 5.000," ujar Hendi Julianto, pedagang sayur.
Sama halnya dengan PD Pasar Minggu, kenaikan beras juga terjadi di pasar ini. Alasan yang diutarakan pedagang pun sama. Menurut pedagang, harga beras naik hampir setiap harinya. "Nggak tahu kenapa," kata Iqbal, salah satu pedagang sembako.
Kenaikan harga beras juga terjadi di Pasar Induk Beras Cipinang. Salah seorang pedagang, Rusdi Syah (72 tahun) mengatakan, kenaikan terjadi sejak Desember 2009 hingga Januari."Kenaikan harga tidak drastis, satu minggu ke minggu lainnya harga beras naik rata-rata Rp 100."
Rusdi mengatakan, kenaikan harga terjadi karena pasokan beras berkurang, sedangkan konsumen tetap. Dia juga menambahkan, faktor lain penyebab kenaikan harga beras, yakni musim hujan, waktu petani menanam sawahnya sehingga belum panen.
"Kalau sudah seperti ini, pasokan gabah di desa-desa tempat petani menanam padi berkurang," jelasnya.
Konsumen mengaku resah dengan kenaikan harga ini. Kenaikan harga dirasa sangat memberatkan masyarakat, mengingat kondisi perekonomian yang terbilang pas-pasan dan sulit.
Sumasni (50), warga Jl Pisangan Lama III Jatinegara Jakarta Timur, mengaku kenaikan harga sembako membuat ia harus menambah uang belanjanya, dari Rp 15 ribu per hari menjadi Rp 20 ribu. Nenek dua cucu ini berharap harga
beras bisa kembali normal. "Jangan seperti sekarang," pintanya.Biasanya, dia membeli beras dengan harga Rp 4.500. Sejak awal Januari, dia membeli beras dengan harga Rp 5.000.
"Itu pun kualitasnya lebih buruk," ujarnya. Di Garut, Jawa Barat, merangkaknya harga beras dalam beberapa pekan terakhir ini, mengakibatkan banyak masyarakat di pelosok mengalami rawan daya beli."Sekitar 30 persen masyarakat di pelosok Kabupaten Garut mengalami rawan daya beli," kata Sekjen LSM Masyarakat Peduli Pangan (MPP), Iwan Ridwan, kepada Republika.
Sebagian besar masyarakat tak lagi mampu membeli beras dengan harga yang makin tinggi. Untuk mengatasinya, imbuh dia, masyarakat hanya mengonsumsi beras kualitas rendah. Itu pun hanya dilakukan satu kali dalam sehari. Sebagai penggantinya, warga memilih mengonsumsi singkong, ubi, atau jagung.
"Banyak masyarakat yang tak mampu membeli beras," tutur dia. Kabag Informatika Pemkab Garut, Didik Hendra-jaya, membantah adanya rawan daya beli di wilayah-, nya. Yang ada, kata dia, masyarakat mulai mengeluh adanya kenaikan harga beras yang mencapai Rp 500 per kilogram.


http://bataviase.co.id/detailberita-10539989.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar