Sabtu, 09 Oktober 2010

Es Kelapa Muda vs Es Tebu

Berbuka puasa dengan es degan/kelapa muda atau es tebu, keduanya sungguh sangat menyegarkan. Eits, ingat lagi puasa nih.
Dulu ketika diberi kesempatan tinggal di Denpasar, Bali, saya doyan sekali es kelapa muda. Penjualnya mudah dijumpai, berjajar di sepanjang Jl. Raya Puputan Renon, dan sungguh beruntung karena kantor tempat saya bekerja ada di Renon. Biasanya, sepulang kerja saya mampir untuk sekedar minum semangkuk es kelapa muda atau membeli sebungkus untuk diminum di rumah. Es kelapa muda di Denpasar ini unik karena dalam penyajiannya diberi jeruk nipis. Ah, jadi tambah segar rasanya.
Nah, kalau temannya, es tebu sangat jarang terlihat di Denpasar. Satu-satunya penjual yang sempat terlihat ada di depan kantor TVRI, itupun seringkali tidak terlihat berjualan. Sebelum sempat saya mencicipi rasanya dan melihat cara penyajiannya saya sudah harus pindah ke Jambi.
Berbeda dengan pengalaman di Denpasar, di Jambi justru penjual es tebu lebih mudah ditemui dibandingkan dengan penjual es kelapa muda.
Es kelapa muda di Jambi juga disajikan dalam mangkuk atau gelas besar, namun bisa juga diminum langsung dari buahnya, tentunya setelah diberi lubang diatasnya.
Es tebu di Jambi, menurut saya top banget. Warnanya yang hijau begitu menyegarkan, benar-benar menggambarkan rasanya. Lagi-lagi saya tidak kesulitan menemukannya karena penjualnya berjajar di sepanjang jalan menuju kantor saya di jalan Ahmad Yani.
Ada sedikit cerita di ‘belakang’ penjual es tebu yang saya dengar. Pertama, katanya kalau sudah mencicipi es tebu di Jambi, kita akan betah tinggal di sana. Menurut kepercayaan orang Jambi, siapa yang meminum air yang bersumber dari sungai Batanghari biasanya akan betah di Jambi. Nah kebun-kebun tebu itu katanya disiram pakai air sungai Batanghari. He he he, yah saya sih senang saja, lha wong doyan.
Cerita kedua, katanya, sebelum diperas tebu-tebu itu di rendam air gula supaya manis. Nah, kalau yang ini belum tahu apa benar atau tidak. Saya rasa ya percuma merendam tebu yang sudah manis kedalam rendaman air gula, apa tidak sia-sia perbuatan itu. Bukannya malah rugi, karena harga gula sendiri sudah mahal. He he he.
Denpasar sudah, Jambi, sudah, bagaimana dengan Surabaya?
Di Surabaya, kedua jenis minuman ini sangat mudah ditemui. Walaupun kali ini di sepanjang perjalanan menuju kantor, tidak ada yang menjual keduanya.
Penjual kelapa muda di Surabaya, yang saya ketahui, biasa dijumpai di sepanjang jalan Semarang, jalan A. Yani, jalan Menur dan jalan Ambengan (depan gereja Kristus Raja). Selain di tempat-tempat itu, di warung-warung makanan dan penjual bakso keliling juga seringkali tersedia. Tetapi hati-hati kalau membeli, karena terkadang kelapanya sudah tidak muda lagi dan keras rasanya.
Es tebu juga banyak dijual di beberapa tempat. Berbeda dengan di Jambi, es tebu Surabaya berwarna coklat. Saya tidak tahu apa yang membuatnya berbeda, tetapi karena warnanya itu maka sampai saat ini saya belum berani mencobanya.

http://irna1001.wordpress.com/2008/09/15/es-kelapa-muda-vs-es-tebu/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar