Minggu, 10 Oktober 2010

Petani Teh Rakyat Masih Sukar Berkompetisi

Petani teh di Desa Ganjarsari, Kec. Cikalongwetan, Kab. Bandung Barat memerlukan investor untuk mengembangkan usaha mereka. Selama ini, para petani teh mengolah sendiri pucuk daun teh hijau menggunakan alat dan metode manual. Oleh karena itu, pemasaran hasil teh olahan belum bisa optimal terlebih masih kurangnya modal untuk pengembangan usaha.
Memen, Kepala Desa Ganjarsari mengatakan, industri teh olahan menjadi mata pencaharian utama di desanya. Tak kurang dari 41 persen penduduk desanya berkecimpung dalam bisnis produksi teh serbuk. "Sebanyak 600 KK di antaranya memiliki kebun teh sendiri dengan luas yang bervariasi, sementara sekitar 300 KK lantas menjadi buruh petik teh," katanya, Rabu (21/10).
Dari luas area Desa Ganjarsari yang mencapai 1.100 hektare, 45 persen di antaranya merupakan kebun teh. Dari seluruh luas kebun teh itu, 300 hektare merupakan perkebunan teh milik rakyat/warga, 350 hektare milik PTPN VIII Pangheotan, dan sisanya termasuk kawasan hutan lindung milik Perhutani .
Dalam satu kali masa petik, sebanyak 1 ton pucuk daun teh segar dari kebun teh rakyat itu dapat dikeringkan menjadi 220 kg teh kering. Untuk selanjutnya, teh kering akan diolah lagi menjadi serbuk teh sebelum dijual.
Tengkulak
Menurut Memen, selama ini, pola pemasaran serbuk teh dari desanya masih tradisional. Yaitu, menjual serbuk teh dalam bentuk bal/karung ke bandar besar atau tengkulak. "Untuk proses selanjutnya, kami tidak tahu. Polanya masih seperti itu. Hingga saat ini, lokasi pemasaran masih taraf lokal Kab. Bandung Barat hingga Kab. Purwakarta, adapun sampai ke luar kota baru mencapai Kab. Sukabumi," kata dia.
Memen berharap ada perhatian dari pemerintah terkait pengembangan industri teh rumahan di desanya. Keinginan ini mulai menuai harapan ketika Dinas Perdagangan, Industri, Koperasi, dan UKM (Disperindagkop) Kab. Bandung Barat memberikan bantuan berupa 1 unit mesin Yanmark 20 PK, 1 unit mesin penggiling, 1 unit mesin Jackson, 1 unit mesin multi pengering, serta pelatihan terhadap 20 orang pemilik industri kecil menengah (IKM) teh di Desa Ganjarsari.
Menurut Kasi Perindustrian Disperindagkop Kab. Bandung Barat Avira Nurfashihah, produk IKM teh di Kec. Cikalongwetan, utamanya di Desa Ganjarsari masih sulit untuk bersaing dengan kompetitor. Rendahnya daya saing produk serta keterbatasan kualitas sumber daya manusia menjadi penyebabnya.
"Rendahnya saing tersebut terlihat dari kemasan produk yang kurang menarik. Kami berupaya memberikan pelatihan ini untuk meningkatkan wawasan petani teh sehingga bisa meningkatkan mutu produk akhir dari pengolahan teh," katanya.




http://www.pn8.co.id/pn8/index.php?option=com_content&task=view&id=61&Itemid=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar