Senin, 11 Oktober 2010

Menyulap Plastik Bekas Menjadi Lampion

kreativitas ternyata memberikan banyak keuntungan bagi setiap orang, salah satunya adalah kreativitas kerajinan dari plastik bekas. Plastik bekas yang semula hanya dibuang dan dibiarkan teronggok di tempat sampah, ternyata bisa disulap menjadi berbagai macam kerajinan yang bernilai seni tinggi. Salah datu kerajinan dari plastik bekas yang memiliki nilai ekonomis tinggi adalah lampu lampion. Salah satu orang yang telah menikmati manisnya bisis lampu lampion dari plastik bekas adalah Bob Novandy . Ia adalah seorang Pengrajin lampions daur ulang botol minuman bekas di Kebon Jeruk, Jakarta Barat yang sudah menjalankan bisnis daur ulangnya sejak tahun 2003 lalu.

Kerajinan Lampu Lampion Dari Barang Bekas
Kerajinan Lampu Lampion
Peluang bisnis produk-produk daur ulang merupakan bisnis yang cukup menggiurkan. Bisnis kerajinan bahan bekas ini tidak perlu modal besar, yang diperlukan dalam bisnis ini hanyalah kreativitas yang tinggi.
Saat ini Bom dengan kreativitasnya telah memproduksi kurang lebih 150 jenis bentuk botol daur ulang dengan harga per buahnya mulai dari Rp 50.000 sampai Rp 500.000. Beberapa produk seperti lampions dengan berbagai macam ukuran, tirai-tirai rumah, miniatur kendaraan ia produksi sendiri dari tangannya yang sangat terampil. Ia mengaku, saat ini semua produksi lampions daur ulangnya diproduksi jika ada pesanan saja. Produksi lampionsnya setidaknya sudah menembus pasar Hongkong.Pasar untuk kerajinan lampion dari plastik bekas ini antara lain cafe, perumahan, lokasi kost dan lain-lain.
Untuk menghasilan produk-produk kerajinan dari plastik bekas yang bernilai tinggi hanya memerlukan bahan baku dari lapak-lapak pemulung. Harga bahan baku botol plastik bekas rata-rata Rp 4000 per kg atau sekitar 10 botol, yang bisa diolah menjadi satu produk lampions.Selain bahan-bahan tersebut tidak memerlukan modal usaha yang besar, hanya botol bekas, cutter dan pilox untuk mewarnai.
Bob, Pengrajin Lampion Dari Plastik Bekas
Bob, Pengrajin Lampion Dari Plastik Bekas
Dengan peralatan dan bahan-bahan dasar tersebut sudah bisa dilakukan pembuatan kerajinan lampu lampion yang menarik. Cara pembuatan lampu lampion pertama kali botol dibersihkan, buat garis samar untuk jalur pemotongan baru dipotong sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Setelah itu warnai dengan piloks dan pasang lampu serta kabel ,langkah terakhir membentuk lampion dari irisan-irisan yang telah dibuat. Dalam sehari Bob bisa membuat sekitar 15 buah lampion.

Kerajinan Tangan Dari Kulit Telur

Situasi perekonomian yang sulit terkadang membuat orang menjadi kreatif dan inovatif menemukan peluang usaha baru. Telur yang merupakan makanan manusia sehari-hari menghasilkan limbah berupa kulit atau cangkang yang kebanyakan dibuang sebagai limbah. Akan tetapi di tangan orang-orang terampil dan kreatif bisa menjadi Kerajinan Kulit Telur yang sangat indah. Kerajinan Kulit Telur merupakan perpaduan kreatifitas dan upaya memanfaatkan limbah yang tidak terpakai. Selain itu Kerajinan Kulit Telur memiliki Prospek ekonomi dan peluang usaha yang cukup menjanjikan. Menurut beberapa pengrajin permintaan Kerajinan Kulit terus meningkat di beberapa daerah di Indonesia.

Kerajinan Kulit Telur, Koleksi Hendra87
Aneka kerajinan kulit telur dengan berbagai bentuk dapat dibuat dengan sangat indah dan artistik.  Kulit Telur dapat dijadikan bahan penghias furnitur dan aksesoris penghias rumah yang unik dan menghasilkan kerajinan yang berharga puluhan juta rupiah. Kulit telur yang dicat atau diukir menjadi hiasan, tidak kalah menarik dengan material lainnya. Beberapa kulit telur hewan yang dapat dijadikan Kerajinan Kulit Telur antara lain dari telur ayam, telur bebek, telur burung puyuh, hingga yang terbesar telur burung onta.
Kerajinan  Kulit Telur
Kerajinan Kulit Telur,Photo Indonetwork
Kerajinan Kulit telur memiliki kelebihan tahan terhadap api, tidak akan dimakan oleh rayap atau hama lainnya, serta tahan terhadap pergantian cuaca. Begitu pula bila kena sinar matahari, tidak akan memudarkan warnanya. Kulit telur ini seakan menyampaikan sebuah pesan khusus kepada setiap orang yang akan menggunakannya.
Kerajinan Kulit Telur dapat dibuat dalam berbagai macam corak warna,Telur ayam kampung memunculkan corak hitam kemerah-merahan. Adapun corak hitam muncul dari kulit telur burung puyuh. Untuk menghasilkan seluruh produk penghias rumah ini, dimulai dengan proses membersihkan kulit telur dan melepas lapisan putih kulit di dalamnya. Telur yang sudah dibersihkan ini kemudian dijemur hingga betul-betul kering. Agar semua manfaat itu dapat berfungsi maksimal, kemudian kulit telur yang sudah mengering itu diambil satu per satu untuk kemudian ditempelkan dengan lem di media yang akan dijadikan kerajinan, baik di atas kanvas,kayu, kaca, dinding, sampai plafon

Proses Pembuatan Kerajinan Kulit Telur

Proses pembuatan kerajinan telur hias tidak terlalu sulit asalkan tahu caranya. Mula – mula bagian bawah cangkang telur dilubangi dengan paku. Kuning telur lalu dipecahkan dengan menggunakan kawat. Selanjutnya mengeluarkan isi telur. Prosesnya dilakukan dengan menyuntikkan udara ke dalam cangkang telur.
Setelah isi telur keluar semua, proses selanjutnya adalah membersihkan bagian dalam cangkang telur. Pembersihan dilakukan dengan menggunakan air yang dicampur cuka. Campuran air dan cuka disuntikkan ke dalam cangkang telur, dan kemudian dikeluarkan kembali.
Setelah isinya dibersihkan, cangkang telur dikeringkan selama dua hari. Kini memasuki proses menghias cangkang telur. Cangkang telur bisa dihias dengan diberi warna apa saja. prosesnya diawali dengan membuat sketsa di kulit telur. Lalu sketsa diberi lem. Setelah itu ditempeli hiasan.
Karena cangkang telur mudah pecah, maka proses pengerjaannya harus hati – hati. Telur hias yang telah jadi diletakkan diruang pamer atau dipasarkan . Hasil Kerajinan Kulit Telur bisa bervariasi mulai dari telur ukuran kecil, hingga telur ukuran besar.
Kerajinan Kulit Telurr hias ini umumnya pesanan perusahaan untuk dijadikan cinderamata. Selain itu juga dijual ke pembeli di mancanegara. Harga teluar hias ini bervariasi. Mulai dari 25 ribu rupiah untuk telur hias sederhana, hingga jutaan rupiah untuk telur hias pesanan khusus.
Salah Satu Kerajinan Kulit Telur, Foto Koleksi Indonetwork
Pemasaran Kerajinan Kulit Telur ini biasanya melalui toko-toko kerajinan atau melalui pameran-pameran yang diselenggarakan oleh berbagai instansi dan event organizer.

Produk Kerajinan Tangan Dari Serat Alam

Menyulap bahan serat alam seperti Pohon Gebang, Daun pandan dan sebagainya menjadi kerajinan tangan yang unik merupakan kegiatan sehari-hari masyarakat Salamrejo Sentolo. Beberapa profil pengrajin kerajinan serat alam Salamrejo, Sentolo, Kulonprogo, telah diulas pada tulisan terdahulu. Pada tulisan ini akan kita bahas bagaimana proses bahan serat alam diubah menjadi hasil kerajinan tangan yang artistik dan  hasil-hasil produk kerajinan serat alam yang unik. Bagi sebagian orang tentu tidak akan menyangka tanaman berbatang tunggal dengan tinggi sekitar  15-20 centimeter dengan daun berbentuk kipas dan bertangkai panjang tersebut ternyata punya nilai ekonomis yang tinggi, setelah  menjadi aneka kerajinan tangan. Atau tanaman gulma enceng gondok yang banyak ditemukan di rawa-rawa atau sawah dapat diubah menjadi kerajinan tangan yang menarik. Handicraf berbahan dasar serat alam memiliki keindahan tersendiri, terkesan natural dan ramah lingkungan.

Proses membuat kerajinan tangan dari serat alam menjadi kerajinan tangan meliputi beberapa  proses. Tanaman Pohon gebang pertama kali   dibelah, direndam, danselanjutnya  dijemur. Setelah serat cukup kering kemudian dirangkai menjadi tali berukuran kecil. Dengan tali-tali berukuran kecil tersebut siap dianyam menjadi kerajinan seperti tas, topi, keranjang dan lain-lain. Proses selanjutnya adalah  pewarnaan, pelapisan tas bagian dalam, dan proses finishing seperti pemberin furnish dan memberikan berbagai macam aksesoris. Berbagai macam kerajinan yang sudah melewati proses-proses tersebut telah  menjadi kerajinan tangan serat alam yang siap untuk dipasarkan.

http://galeriukm.web.id/unit-usaha/handicraft/produk-kerajinan-tangan-dari-serat-alam

Kerajinan Sampah Plastik

Kerajinan dari sampah plastik merupakan kerajinan yang bisa menjadi alternatif peluang usaha di sekeliling kita. Seperti diketahui Plastik merupakan bahan kebutuhan yang banyak dipergunakan dalam kehidupan manusia modern. Akan tetapi sisa sampah dari plastik menjadi permasalahan tersendiri bagi kehidupan. Karena Sampah plastik merupakan limbah rumah tangga yang sangat sulit untuk diuraikan berbeda dengan sampah organik yang cepat bisa terurai. Untuk menguraikan sampah plastik diperlukan waktu yang sangat lama bisa berpuluh-puluh tahun, sampah organik bisa diurai dan diubah menjadi kompos dalam beberapa hari saja (Lihat Pengolahan sampah ornganik ). Di lain sisi penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari justru semakin meningkat sehinga problem semakin pelik. Solusinya adalah dengan mengurangi penggunaan bahan yang berasal dari plastik atau mendaur ulang sampah plastik menjadi barang yang bermanfaat . Sampah plastik bisa diolah menjadi aneka Kerajinan yang memiliki potensi ekonomi yang cukup baik. Peluang usaha Kerajinan sampah plastik ini disamping mendatangkan rezeki juga mengurangi polusi akibat sampah plastik.
Salah satu yang telah menekuni bisnis Kerajinan sampah plastik adalah Ibu Fajar Purwaningsih, Ibu yang berprofesi sebagai guru TK ini di rumahnya di Perum Taman Sedayu E3, Metes, Argorejo, Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Sampah-sampah plastik limbah telah berhasil disulapnya menjadi aneka kerajinan yang memiliki nilai seni dan ekonomis. Memulai usaha pengolahan sampah plastik menjadi kerajinan bukanlah perkara yang mudah. Banyak orang yang sinis bahkan menghina saat dia mencari-cari sampah bekas, bahkan anaknyapun sempat bertanya apakah dia bekerja sebagai pemulung. Tetapi semua itu hanya cerita lalu, sekarang justru banyak orang yang ingin belajar darinya cara membuat kerajinan sampah plastik yang bernilai ekonomis dan seni yang tinggi. Bahkan Fajar Purwaningsih malah harus sering keluar rumah untuk memberi penyuluhan, pembelajaran bagaimana cara membuat kerajinan daur ulang ini kepada pihak-pihak yang mengundangnya untuk memberi pelatihan seperti kelompok PKK atau darma wanita, lembaga sekolah.
Pada saat mengawali membuat kerajinan daur ulang ini, ia hanya bisa membuat barang-barang yang sederhana seperti sandal dan tas.Sejak tahun 2007 itu, setelah menjadi mitra salah satu perusahaan penyedia produk toilet tries, Fajar mampu membuat produk baru seperti tas laptop dan payung. Saat ini ia sangat sibuk karena harus mengurusi usahanya yang telah berkembang tidak hanya sebatas memproduksi kerajinan saja tapi juga sudah melangkah dengan memberikan kursus kerajinan daur ulang sampah kering serta pelatihan pengolahan sampah di Pusat K

Cara Mengolah Sampah Plastik Menjadi Kerajinan

Langkah awal mengolah sampah plastik menjadi kerajinan adalah adalah memisahkan sampah kering dan sampah basah. Selanjutnya sampah kering seperti bungkus minuman ringan seperti kopi, susu dan mi instan dibersihkan. Setelah itu plastik-plastik yang telah dicuci dan dikeringkan kemudian dipotong-potong seperti pola barang kerajinan yang akan dibuat. Pola dibuat sesuai dengan bentuk barang yang akan dibuat. Setelah dipotong sesuai dengan pola, langkah selanjutnya adalah menjahit sesuai dengan pola tersebut. Yang diperlukan adalah ketelatenan dari penjahit.
Saat ini kerajinan dari sampah plastik telah menjadi produk fashion tersendiri yang berasal dari barang daur ulang atau bisa disebut trashion. Trashion ini artinya fashion dari sampah.Dengan menjadi trashion nanti, produk kerajinan daur ulang sampah kering akan bisa dinikmati tidak saja kalangan masyarakat menengah ke bawah tapi juga kalangan menengah atas yang biasanya sangat memperhatikan kualitas produk kerajinan yang akan dibeli.erajinan Daur Ulang Sampah Kering yang diberi nama Radite Collection.
http://galeriukm.web.id/unit-usaha/handicraft/kerajinan-sampah-plastik

PAYUNG BESAR HASIL KERAJINAN TANGAN

Warga Hulu Sungai Tengah ternyata banyak yang memiliki keahlian khusus,salah satunya Rohaniah seorang pembuat Payung besar yang tinggal di desa Durian Punggal. Beliau sudah lama memproduksi payung ini,dan pembelinya kebanyakan dari para pedagang kaki lima. Untuk satu buah payung harganya berkisar antara enam puluh ribu hingga tujuh puluh ribu rupiah. Dulunya Payung besar ini juga di pasarkan hingga keluar daerah,seperti Tanjung,kaloa,kandangan dan Banjarmasin. Tapi karena di luar daerah sering terjadi razia pedagang kaki lima,maka beliau memutuskan untuk mengurangi penjualan keluar daerah. Awalnya payung ini terbuat dari karung semen yang mereka beli dari buruh bangunan. Karena bahan tersebut mulai berkurang,dan kian hilang. Maka beliau memutuskan untuk mengganti bahannya dengan plastik. Selain itu bahan-bahan lain yang diperlukan untuk membuat payung besar adalah bambu atau paring batung,yang kualitasnya lebih kuat daripada paring haur,adajuga paku,babat kipar,kawat,tali,plastic pelangi dan plastik pelapis. Cara membuatnya pun cukup rumit dan perlu keahlian khusus. Pertama-tama bambu atau paring batung tadi dipotong dan diraut,kemudian paring yang sudah di raut tadi di ukur dengan alat pengukur yang sudah tersedia. Kemudian dipaku dan ditempelkan dengan babat kipar.setelah itu,kerangka payung di dirikan dan setiap ujung paring di lilitkan dengan tali. Lalu plastic pelangi dipasang di atas kerangka. Dan yang terakhir plastic pelapis dipasang di atas plastic pelangi. “Keahlian ini sebenarnya diwariskan oleh nenek saya,dan kami memulai usaha ini sejak 25 tahun yang lalu. Dan hasil kerajinan ini juga pernah dibawa sampai ke Bali”. Kata Rohaniah 



http://www.hulusungaitengahkab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1304:payung-besar-hasil-kerajinan-tangan&catid=16:ekonomi-bisnis&Itemid=44

Hasil Kerajinan Kayu Jati Yang Di Minati9

Produk kerajinan tangan kayu jati (teak) dari Indonesia diminati masyarakat Ceko dengan diresmikannya galeri kerajinan tangan-interior "Antik Art" di salah satu pusat perbelanjaan terbesar dan prestisius di Praha, yaitu Galerie Butovice.Menurut Yusran Hadromi, produk kerajinan tangan Indonesia dinilai berhasil meraih perhatian segmen pasar menengah ke atas Ceko yang tentu memiliki daya beli yang sangat baik.
Sementara ini perusahaan Antik Art yang mengimpor produk kerajinan tangan dalam bentuk setengah jadi, produk kerajinan kayu untuk interior rumah dan taman, serta aneka produk kuningan berupa dekorasi kunci pintu dan kerajinan tangan diimpor langsung dari pengrajin Indonesia.Menurut Petr Riha, keberhasilan pemasaran produk kerajinan tangan Indonesia di Ceko disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kualitas yang baik, desain yang indah serta harga yang bersaing.Namun demikian diakuinya produsen kerajinan tangan Indonesia harus memperhatikan beberapa kendala secara serius, seperti masalah pengeringan kayu yang sempurna karena kerapkali masih dalam keadaan basah/lembab.
Diharapkannya produsen mengikuti perkembangan desain yang sesuai dengan selera konsumen, ketepatan waktu pengiriman dan masalah packaging, khususnya agar tidak terjadi kerusakan barang di tempat tujuan.Dalam memasarkan produk kerajinan tangan ini, perusahaan Antik Art tidak hanya menjual produk dalam bentuk jadi, namun juga melayani pemesanan produk sesuai dengan model dan ukuran keinginan konsumennya.
Hingga saat ini, Antik Art tidak hanya melayani penjualan kepada kebutuhan rumah tangga tetapi juga di kalangan restoran dan perhotelan.Bahkan konsumen dari negara Belanda juga memesan kerajinan tangan darinya dan diantar langsung dengan menggunakan kendaraan perusahaan.
Meskipun produk kerajinan tangan berbahan kayu jati harganya relatif mahal, Petr Riha menilai produk ini merupakan sebuah komoditas yang menarik, modern dan masih mendatangkan untung.Melihat peluang banyaknya permintaan pasar Ceko terhadap kerajinan tangan tersebut, dijadikan dasar pertimbangan bagi Riha untuk membuka galeri di salah satu pusat bisnis di Praha.


http://domba-bunting.blogspot.com/2010/08/hasil-kerajinan-kayu-jati-yang-di.html

Minggu, 10 Oktober 2010

Jasa Lukis/Ukir/Pasang Henna

Terinspirasi oleh karya seni yang indah di Asia dan negara-negara Timur Tengah sepanjang sejarah, pacar kini telah menjadi suatu bentuk seni dipraktekkan di seluruh dunia. Ini adalah sorot untuk setiap pertemuan sosial. Memiliki pacar diterapkan pada tubuh sesuai suasana hati, santai dan mempercantik  tubuh, dan dapat menjadi sangat meditatif dan pengalaman yang tak terlupakan.

Kami hanya menggunakan henna alami berkualitas tinggi yang noda berwarna coklat kemerahan. Kami TIDAK PERNAH menggunakan henna hitam yang berisi bahan kimia beracun yang dapat membahayakan tubuh. Pacar kita bisa di pakai uuntuk orang dewasa maupun anak-anak.Berbagai Jasa henna yang kami sediakan Adalah :


Jasa Henna Untuk Pernikahan (bridal)

Jasa Ukir henna Bridal  meliputi konsultasi gratis  di studio kami di mana Anda dapat Melihat dan memilih bermacam-macam pola, disain henna untuk pengantin ,  waktu yang Khusus, area gambar meliputi  mulai dari  2 tangan dan 2 kaki , dan pengerjaan bisa di tempat anda atau studio kami tergantung paket  yang anda pilih kami juga menyediakan layanan sesuai dengan keinginan/dana/disain  anda silakan klik BOOKING atau email kami di haila@salonhenna.com This e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it . Henna untuk pengantin wanita harus dijadwalkanpemakainya  2-3 hari sebelum pernikahan untuk hasil terbaik.
Paket Klik : PAKET BRIDAL

Jasa Henna untuk Anak-anak dan Pesta Remaja, prom, Ulang Tahun, Acara perusahaan .

Jasa Lukis henna kami juga menyediakan Paket Untuk Acara anak-anak ,Remaja Perayaan Perusahaan, Perusahaan Picnics, Holiday Pihak, Pengumpulan dana, Tradeshowsdan Bazzar dimana paket tersebut di di gabungkan dengan ukir henna nail arts dan  lukisan wajah (face arts) dengan paket ini maka suasana acara anda di jamin lebih meriah  .

Jasa Henna Kehamilan & Baby Showers - Rayakanlah kehamilan partai dengan pacar.

Kami Juga menyediakan jasa lukis henna Secara tradisional, ke pada para ibu-hamil (biasanya untuk komunitas tertentu yang menggunakan dalam acara ke hamilan untuk anda why not ??)  yang di  desain pada perut Anda membuat sehingga acara penyambutan kelahiran bayi anada ini akan  sangat mengesankan! berguna untuk Meditasi para ibu ibu hamil dan juga dapat menyenangkan dan menghibur untuk para tamu! atau gunakan henna pada saat Liburan-Eid-ul-Fitri, Eid-ul-Adha, -- Bila acara  Tradisional Timur liburan tidak akan sama tanpa pacar. Ritual ini membawa kembali ke liburan Anda!

Jasa Henna Sehari-hari or Just For Fun

Pake henna pas  ke mall atau ketemu teman pacar kenapa tidak  jadi  buat lah lukisan henna bagian dari aksesoris anda sehari-hari anda kelihatan lebih cantik  dan anggun dengan henna .Tinggal email kami buat janji lalu kami ukir tanggan atau bagian tubuh anda  yang lain sehinngga terlihat keren

 
http://www.salonhenna.com/index.php?option=com_content&view=article&id=61&Itemid=53
 

Pabrik-pabrik yang Dijalankan Buruh: Dari Bertahan Hidup hingga Solidaritas Ekonomi*

Pabrik-pabrik yang ‘diselamatkan’ (recovered) oleh para buruhnya merupakan respon dari dua dekade neoliberalisme dan deindustrialisasi. Dalam suatu gerakan yang tak pernah ada sebelumnya di Amerika Latin, buruh telah mengambil kendali langsung produksi dan operasi tanpa pengusaha - dan bahkan kadang tanpa pengawas (foremen), teknisi, atau spesialis - di 200 pabrik dan tempat kerja di Argentina, sekitar 100 di Brazil dan lebih dari 20 di Uruguay.
Aksi para buruh ini bukanlah hasil dari perdebatan ideologis melainkan dari kebutuhan mendesak. Penutupan massal terhadap pabrik dan perusahaan yang memasok pasar domestik memicu sejumlah buruh untuk mencegah setidaknya beberapa pabrik-pabrik ini agar tidak menjadi gudang-gudang yang ditinggalkan.
Meskipun gerakan buruh yang baru ini bersifat heterogen, banyak permasalahan yang dihadapinya biasa ditemukan dalam serangkaian luas pabrik-pabrik di berbagai sektor produktif. Ini meliputi isu-isu legal untuk memperoleh pengakuan terhadap kepemilikan pabrik, menjamin pasokan bahan baku, ketiadaan modal kerja (working capital), penjualan hasil produksi (product marketing), dan kesulitan teknis yang muncul dari mesin-mesin yang usang atau larinya (exodus) para teknisi dan manajer. Problem-problem demikian telah ditangani dan sering kali diselesaikan oleh para buruh sendiri.
Bubarnya kediktatoran militer (1983 di Argentina, 1985 di Uruguay dan Brasil) telah melahirkan rejim-rejim demokratik, tapi pemerintah-pemerint ah ini sejak awal sangat terkungkung oleh struktur ekonomi, politik, dan sosial warisan periode otoriter tersebut. Warisan ini - dikarakterkan dengan hutang luar negeri yang besar - menyebabkan pemerintahan- pemerintahan tersebut menyetujui berbagai rekomendasi yang ditekankan oleh “Konsensus Washington”. Perubahan ini meliputi penarikan regulasi ekonomi dan pelucutan negara kesejahteraan yang lemah yang telah dibangun dalam negeri-negeri di wilayah tersebut.
Bermula pada 1990, deregulasi finansial dan ekonomi, privatisasi dan penurunan tarif proteksi dan subsidi, menyebabkan banyak pabrik tutup. Kebijakan ini mengakibatkan pengangguran bagi banyak buruh dan semakin buruknya kondisi kerja bagi mereka yang masih bekerja. Ketika pembatasan impor ditanggalkan, terbukalah pintu bagi membanjirnya produk impor, dan industri lokal sering kali tak dapat bersaing. Yang mendapat pukulan paling parah adalah perusahaan kecil dan sedang yang memasok pasar domestik.
Penutupan massif terhadap perusahaan-perusaha an ini hanyalah satu aspek dari restrukturisasi produksi secara mendalam yang dilaksanakan pada tahun 1990an. Sementara itu, sektor-sektor industri terdepan menjadi sangat terkonsentrasi. Ini memperparah pengangguran dan segera menjadi sifat struktural permanen dari ekonomi.
Proses deindustrialisasi di Argentina, Uruguay dan Brasil diikuti oleh pertumbuhan baru yang didasarkan pada penyederhanaan strategi produksi dan transformasi pengorganisiran kerja secara teknik dan sosial. Restrukturisasi tak hanya meningkatkan tingkat pengangguran - menjadi 10% dalam populasi yang aktif secara ekonomi dalam hampir seluruh negeri Amerika Latin, dan di atas 20% pada akhir dekade di Argentina. Itu juga menyebabkan buruh yang di-PHK tidak dipekerjakan kembali dalam pabrik-pabrik terotomatisasi dan terobotisasi yang telah dimodernisasi, karena mereka tak memiliki pelatihan yang diperlukan bagi posisi-posisi baru di pabrik-pabrik tersebut. Lebih lagi, modernisasi jenis ini memperparah kecenderungan eksklusi sosial dan isolasi terhadap kaum miskin.
Bagi banyak buruh, penutupan perusahaan tempat mereka bekerja telah mengutuk mereka ke dalam kehidupan yang terpinggirkan. Ini sangat benar bagi buruh di atas usia 40, yang memiliki kesempatan sangat tipis untuk memasuki kembali pasar tenaga-kerja formal. Pengangguran bukan hanya berarti kehilangan pendapatan tapi juga kehilangan jaminan seperti asuransi kesehatan, dana pensiun dan perumahan. Ini menjelaskan kenapa beberapa buruh memilih untuk berjuang menyelamatkan sumber pekerjaan mereka; yakni, tetap mengoperasikan pabrik bahkan tanpa pemiliknya.
Di Brasil, gerakan penyelematan pabrik mendahului upaya-upaya serupa di Argentina dan Uruguay. Pada 1991, Calzados Makerly di Sao Paulo menutup pintunya dan menghilangkan 482 pekerjaan yang langsung. Dengan dukungan Serikat Buruh Sepatu, Departemen Studi dan Statistik Inter-Serikat Buruh, dan para aktivis akar-rumput (grassroots), para buruh Calzados meluncurkan suatu proses menuju produksi yang dikelola buruh (workers-managed production).
Pada 1994, Asociacao Nacional dos Trabalhadores em Empresas de Autogestao (Asosiasi Nasional Usaha-Usaha yang Dikelola Buruh, ANTEAG) dibentuk untuk mengkoordinasikan respon-respon kreatif yang muncul di awal krisis industrial. ANTEAG saat ini bermarkas di enam negara bagian dan berupaya mendukung proyek-proyek yang dikelola buruh dengan cara menghubungkan mereka dengan berbagai inisiatif organisasi non-pemerintah dan pemerintah negara bagian maupun kotapraja.
Memecahkan masalah serius pendanaan gerakan adalah salah satu tugas terpenting asosiasi tersebut. ANTEAG kini bekerjasama dengan 307 proyek koperasi yang dikelola buruh dengan mempekerjakan 15.000 pekerja; 52 di antarnya adalah perusahaan yang diselamatkan oleh para buruhnya. Perusahaan yang dikelola buruh dapat ditemukan dalam semua cabang industri dari pertambangan mineral (Cooperminas, contohnya, memiliki 381 buruh) hingga tekstil (sejumlah banyak perusahaan kecil, hampir seluruhnya dioperasikan oleh perempuan) dan layanan pariwisata.
ANTEAG melihat pengelolaan buruh (worker management) sebagai suatu model organisasional yang mengkombinasikan kepemilikan kolektif terhadap alat-alat produksi dengan partisipasi demokratik dalam pengelolaan. Model tersebut juga berarti otonomi, yang oleh karenanya para buruh bertanggungjawab terhadap pengambilan keputusan dan kendali perusahaan. Model otonomi mengurangi dipekerjakannya manajer-manajer profesional, dan bila mempekerjakan kaum profesional, mereka harus selalu di bawah kontrol kolektif.
Argentina telah menempuh jalan berbeda dalam hal pabrik yang dijalankan buruh. Di sana, gerakannya muncul saat puncak krisis ekonomi negeri itu dan berkembang maju dengan sangat cepat. Pembentukan usaha-usaha tersebut di Argentina dihubungkan dengan pengalaman akar-rumput dalam gerakan perlawanan yang lahir dari krisis. Gerakan pabrik-pabrik yang dijalankan buruh tumbuh dari kombinasi antara upaya buruh mempertahankan pekerjaannya, organisasi di antara kelompok-kelompok kelas menengah (kaum profesional, pegawai, teknisi) di majelis-majelis pemukiman (neighbourhood assemblies), dan pertemuan-pertemuan buruh pengangguran terorganisir yang dikenal dengan piqueteros. Semua kelompok ini terus memajukan tuntutan dan proposal mereka masing-masing, sambil membangun hubungan dengan usaha-usaha yang dijalankan buruh.
Mayoritas besar pabrik-pabrik yang diselamatkan di Argentina adalah yang berukuran kecil atau sedang, dan sebagian besar dirugikan oleh liberalisasi ekonomi yang diterapkan pemerintahan Carlos Menem pada tahun 1990an. Mereka menjangkau sektor yang amat luas: lebih dari 26% adalah industri metalurgi, 8% manufaktur perangkat listrik. Perusahaan percetakan, transportasi, pemrosesan makanan, tekstil, gelas dan kesehatan masing-masing mewakili di bawah 5%. Setengah dari jumlah tempat kerja tersebut telah beroperasi selama lebih dari 40 tahun dan, ketika diambil alih oleh para buruh, rata-rata mempekerjakan 60 karyawan. Hanya 13% memiliki lebih dari 100 pekerja.
Sekitar 71% pabrik yang dijalankan buruh mendistribusikan pendapatannya secara egalitarian (buruh pembersih [janitor] mendapat bagian sama dengan pekerja berketrampilan tinggi), dan hanya 15% melanjutkan kebijakan upah yang diterapkan sebelum pendudukan pabrik. Meskipun proses penyelamatan pabrik dimulai pada pertengahan 1990an, dua pertiga dari perusahaan tersebut diambil-alih pada tahun-tahun kataklismik sosial 2001 dan 2002. Ini menggarisbawahi hubungan dekat antara gerakan perlawanan akar-rumput terhadap krisis ekonomi dan pengambil-alihan pabrik.
Tujuh dari 10 pabrik diselamatkan hanya setelah pertarungan sengit - pengambil-alihan secara fisik dalam hampir setengah jumlah kasus dan “acampadas en la puerta” (pendudukan berkepanjangan di gerbang-gerbang pabrik) dalam 24% kasus. Dalam kasus-kasus ini, pendudukan paksa bertahan rata-rata selama lima bulan, yang menunjukkan intensitas konflik yang dijalani para buruh sebelum memenangkan kendali pabrik.
Survey menunjukkan bahwa pabrik-pabrik yang menjalani konflik intens dan panjang adalah yang paling cenderung menerapkan distribusi pendapatan secara egalitarian dan mengambil bagian dalam majelis-majelis pemukiman dalam pemukiman kelas menengah. Hanya 21% perusahaan yang diselamatkan mempertahankan para pengawas (foremen) mereka yang lama, dan hanya 44% mempekerjakan personil administrasi mereka. Maka, lebih dari setengah pabrik-pabrik yang direbut memulai produksinya dengan hanya  kerja-kerja manual. Terlepas dari pertempuran sengit dan seringkali melelahkan untuk memenangkan kendali pabrik, tempat-tempat kerja tempat berlangsungnya pertempuran sengit menunjukkan tingkat kesuksesan tertinggi - rata-rata 70% kapasitas keluaran digunakan dalam pabrik-pabrik ini dibandingkan dengan 36% di pabrik bertingkat konflik rendah. Serupa dengan itu, fasilitas-fasilitas yang ditinggalkan oleh para supervisor dan pengelola menggunakan kapasitas produktif yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang masih melibatkan supervisor dan pengelola (70% versus 40%).
Pandangan sekilas terhadap beberapa pengalaman spesifik mengungkapkan salah satu aspek paling menarik dari gerakan di Argentina - hubungan erat yang dibangun antara para buruh di perusahaan yang diselamatkan, warga terorganisir dalam majelis-majelis pemukiman dan kelompok-kelompok piquetero. Melalui berbagai bentuk kolaborasi erat, para buruh berhasil memperluas jaringan mereka hingga melampaui lantai pabrik.
Dua usaha yang diselamatkan - Chilavert (rumah grafis) dan El Aguante (pembuatan roti) - mampu bertahan berkat peran kepemimpinan yang dimainkan oleh majelis-majelis pemukiman dalam mengambil alih fasilitas. Pada akhir Mei 2002, para pengelola Chilavert, berlokasi di wilayah Pompeya di Buenos Aires, menelpon polisi untuk mengusir para buruh yang menduduki pabrik. Majelis Kerakyatan Pompeya, maupun berbagai majelis dan kelompok warga lainnya, melibatkan diri dengan menyerukan pertemuan untuk mendiskusikan masalah ini dan kemudian mengkomunikasikan via telefon atau omongan mulut untuk mengirimkan kelompok-kelompok pemukiman untuk mendukung para buruh dalam berulang kali upaya pengusiran. Situasi serupa muncul di pabrik-pabrik lain. Dalam banyak kasus, aliansi antara buruh dan warga pemukiman terbukti krusial, baik dalam hal warga yang terorganisir dalam majelis atau yang secara formal tidak terorganisir sama sekali.
Panificadora Cinco (sebagaimana Koperasi El Aguante dikenal sebelumnya) ditutup pada bulan Oktober 2001, 80 karyawannya di-PHK tanpa uang tunjangan. Pada April 2002, majelis pemukiman Carapachay demi mencari cara mendapatkan roti murah membangun hubungan dengan suatu kelompok beranggotakan 20 buruh yang di-PHK oleh pabrik pembuat roti tersebut. Setelah suatu pertemuan bersama, warga dan mantan buruh mengambil alih pabrik. Selama 45 hari mereka melawan percobaan pengusiran, sementara warga sekitar dan buruh mendirikan tenda di luar pabrik dalam sebuah aguante (secara longgar ditejemahkan sebagai “daya tahan”). Mereka akhirnya berhasil memenangkan kepemilikan pabrik tersebut.
Solidaritas oleh warga lingkungan memainkan peran menentukan: anggota majelis, piqueteros dan aktivis kiri yang bertugas patroli keamanan menyelenggarakan tiga festival: aksi jalan di barrio, kecaman publik terhadap pemilik, upacara May Day, temu wicara, perdebatan dan aktivitas budaya. Meskipun ini suatu pengecualian (exceptional) , kasus ini mengungkap bagaimana suatu perjuangan sosial dapat menarik garis teritori baru, membangun hubungan antara sektor masyarakat yang sebelumnya saling tidak peduli.
Dalam kasus perusahaan metalurgi IMPA, organisasi buruh membantu konsolidasi kelompok pemukiman sekitar dan merekatkan aliansi yang lebih kuat di antara keduanya. Pabrik yang dijalankan pegawainya itu mendapat dukungan warga sekitar bahkan sebelum para buruhnya mengorganisir majelis di zona itu. Kemudian para buruh berkeputusan membuat suatu pusat budaya sebagai upaya merangkul komunitas sekitar dan membangun solidaritas dengan gerakan sosial dan warga lingkungan. Pusat tersebut merupakan suatu keberhasilan dan membuka jalan bagi upaya yang kini ditempuh oleh pabrik-pabrik lainnya yang diselamatkan, yang para buruhnya menyadari pentingnya melepaskan diri dari isolasi dalam pabrik dan gudang-gudang.
Secara serupa, di tengah-tengah konflik di suatu koperasi roti bernama Harapan Baru, sebuah kelompok yang terdiri dari anggota majelis pemukiman, para psikologis yang memiliki hubungan dengan majalah Topia, dan artis-artis lokal membawa suatu proposal ke hadapan majelis buruh untuk mendirikan suatu pusat seni dan budaya untuk menggalang dukungan warga pemukiman dan mengangkat profil sosial koperasi tersebut. Kini pusat budaya tersebut menyelenggarakan pelatihan harian di bidang musik, teater, tari, sandiwara boneka, sastra dan pertamanan; menawarkan resital dan sandiwara; menayangkan film-film pilihan untuk dewasa maupun anak-anak; dan mengorganisir konferensi bagi para intelektual ternama.
Contoh-contoh ini mendemonstrasikan salah satu karakteristik unik gerakan buruh: masih sebagai benih namun membesar dan menyebarkan akar-akar teritorial. Hubungan antara usaha-usaha yang dijalankan buruh dan majelis pemukiman menunjuk kepada minat masyarakat yang semakin besar dalam berkomitmen mensukseskan perusahaan tersebut dan juga kepada tekad para buruh untuk menjangkau ke luar gerbang pabrik dan merasa sebagai bagian dari gerakan sosial yang lebih luas. Dalam beberapa kasus, ini dimanifestakan oleh komitmen pabrik untuk mempekerjakan warga lingkungan yang menganggur untuk mengisi lowongan pekerjaan. Maka, dengan menjaga aktivisme komunitas, membangun kembali ikatan sosial dan bergerak menuju “teritorialisasi” perjuangan, gerakan penyelamatan- pekerjaan (job-recovery movement) berupaya menangani permasalahan yang dihadapinya: hubungan antara operasi yang dikelola pegawai dengan pasar lokal.
Solidaritas bermula ketika muncul kolaborasi antara warga sekitar (bertindak secara individual atau melalui majelis),  pabrik-pabrik yg dijalankan buruh, kelompok-kelompok mahasiswa dan piqueteros. Ketika suatu pabrik mulai beroperasi di bawah kendali buruh, solidaritas ini biasanya mengambil dua jalan: itu dapat terinstitusionalkan lewat organisasi yang besar dan stabil seperti ANTEAG di Brasil, atau, sebagaimana yang terjadi di tempat-tempat kerja di Argentina, hubungan horizontal dapat terjalin dengan inisiatif lainnya, seperti pusat budaya di pabrik-pabrik atau inisiatif yang menyangkut kebutuhan gerakan secara keseluruhan, khususnya mengenai hubungannya dengan pasar.
Brasil telah mengembangkan suatu gerakan lebar yang dihubungkan dengan solidaritas ekonomi, dengan seluruh jaringan distribusi hasil produksi dibuat oleh kaum tani tanpa tanah (landless peasants) dan koperasi produksi. Di Argentina, hubungan ini telah terbirokratisasi tapi kini lahir kembali di tingkat akar-rumput. Di puncak krisis ekonomi, jaringan barter tumbuh secara eksponensial, pernah hingga melibatkan dua sampai lima juta rakyat. Meskipun gerakan barter kemudian menurun, ia berkontribusi terhadap perdebatan tentang bagaimana menjalankan perdagangan di luar pasar monopolistik. Pengalaman baru yang dikembangkan di Argentina berupaya menghindari pembentukan struktur besar yang melebihi kontrol kolektif akar-rumput dan sebaliknya lebih memilih hubungan “muka ke muka”.
Menyusul protes massa pada 19 dan 20 Desember 2001 yang berujung pada kejatuhan Presiden Argentina Fernando de la Rua. Hubungan produksi antara pabrik-pabrik yang terselamatkan, piqueteros, kaum tani dan majelis pemukiman telah berlipat ganda. Sifat umum dari sektor-sektor dan gerakan sosial ini adalah bahwa mereka cenderung memproduksi untuk kebutuhan mereka sendiri. Kelompok seperti piqueteros menanam tanaman, memanggang roti dan memproduksi barang-barang lainnya, dan sebagian mendirikan peternakan babi dan kelinci atau penangkaran ikan. Sejumlah majelis lingkungan memanggang roti, memasak makanan, menyediakan produk-produk kebersihan dan kosmetik, atau berkolaborasi dengan cartoneros (orang yang hidup dari memulung dan mendaur ulang sampah).
Beberapa majelis warga melakukan kerja-kerja menarik yang mengaburkan pemisah antara produsen dan konsumen. Terdapat 67 majelis kerakyatan di Buenos Aires dan lebih dari setengahnya bersifat otonom dan terkoordinasikan di tingkat teritorial. Sektor ini secara aktif menjunjung perdagangan adil (fair trade) dan solidaritas melalui konsumsi yang cermat. Beberapa aktivitas komersial juga telah menumbuhkan berbagai upaya lintas sektor: produsen di pedesaan, piqueteros, anggota majelis dan buruh pabrik yang terselamatkan mulai menjalin ikatan langsung tanpa mediasi pasar. Dalam satu sisi, upaya experimental ini memulihkan sifat asli pasar, yang digambarkan oleh Fernando Braudel dan Immanuel Wallerstein sebagai berkarakter transparan, berprofit sedang, kompetisi terkendali, kebebasan, dan di atas segalanya, dalam wilayah “rakyat biasa”.
Beberapa pengalaman mendemonstrasikan prinsip-prinsip tersebut dalam prakteknya: Palermo, di pinggiran Buenos Aires, menyelenggarakan pameran perdagangan adil selama dua hari tiap minggu dengan menggelar lebih dari 100 stan. Pameran itu hanya menjual produk yang dibuat oleh majelis pemukiman, kelompok piquetero dan pabrik-pabrik yang diselamatkan. Barang yang dijual meliputi tas yang dibuat dari bahan bekas, alat-alat pembersih, roti, popok, komputer daur ulang, kertas daur ulang, pasta buatan tangan, kerajinan tangan dan selai.
Dalam contoh lainnya, buruh dan warga berkolaborasi dalam produksi dan distribusi satu merek yerba mate (teh yang populer di wilayah tersebut) yang dikenal sebagai Titrayju (akronim untuk Tierra, Trabajo, y Justicia, atau Tanah, Buruh, dan Keadilan). Teh ini diproduksi oleh suatu organisasi produsen rural kecil di Argentina utara yang bernama Gerakan Agraria Misiones. Pengoperasiannya telah menghindari eksploitasi perantara pada tahun lalu dengan bermitra dengan 30 majelis pemukiman yang menjual dan mendistribusikan teh itu secara langsung di Buenos Aires, dengan dibantu piqueteros dan organisasi akar-rumput lainnya.
Menggunakan ruang kreatif yang dibuka oleh aksi-aksi protes menentang krisis ekonomi Argentina, Koperasi Majelis (Cooperativa Asamblearia) didirikan pada 2004 oleh majelis di pemukiman berpenghasilan menengah dan menengah-atas di Nunez dan Saavedra. Majelis itu pertama-tama memulai dengan pembelian oleh komunitas (community purchasing), kemudian mengorganisir suatu koperasi yang mendistribusikan berbagai produk dari lima pabrik yang terselamatkan, sebuah koperasi agraria dan beberapa majelis pemukiman lainnya. Hal serupa juga sedang dilakukan oleh mantan pegawai El Tigre, sebuah supermarket yang dikelola buruh di kota Rosaria yang menjual produk-produk dari pabrik-pabrik terselamatkan di seluruh negeri maupun dari kebun-kebun komunitas dan petani kecil.
Meskipun gerakan di Argentina masih dalam tahap awalnya, ia telah menciptakan bentuk-bentuk pemasaran baru yang melampaui pengaturan barter yang mengawalinya. Guna dari barter adalah untuk menciptakan suatu alat penukar yang dapat memfasilitasi suatu sistem ekonomi alternatif yang masif. Upaya baru ini, di sisi lain, memproritaskan kriteria etik dan politik sehubungan dengan bagaimana barang-barang diproduksi dan dipasarkan, dan mereka berupaya menutup jurang antara produsen dan konsumen dengan mempromosikan hubungan langsung, dari muka-ke-muka. Koperasi Majelis, contohnya, berupaya “mempromosikan produksi, distribusi, pemasaran, dan konsumsi barang dan jasa dari pabrik-pabrik yang dikelola buruh, yakni, produk yang merupakan buah hasil kerja kepemilikan kolektif buruh,” menurut sebuah brosur yang memperkenalkan Koperasi itu. Tiga prinsip dasar yang memandu aksi-aksi kelompok itu: produksi yang dikelola buruh, konsumsi yang bertanggung jawab dan perdagangan adil. Prinsip-prinsip ini membentuk bagian dari ekonomi solidaritas yang diupayakan pembangunannya oleh usaha-usaha yang dijalankan buruh dan organisasi pemukiman untuk melepas ketergantungan mereka terhadap pasar dominan.



http://kasbiindonesia.multiply.com/journal/item/21/Pabrik-pabrik_yang_Dijalankan_Buruh_Dari_Bertahan_Hidup_hingga_Solidaritas_Ekonomi

Petani Teh Rakyat Masih Sukar Berkompetisi

Petani teh di Desa Ganjarsari, Kec. Cikalongwetan, Kab. Bandung Barat memerlukan investor untuk mengembangkan usaha mereka. Selama ini, para petani teh mengolah sendiri pucuk daun teh hijau menggunakan alat dan metode manual. Oleh karena itu, pemasaran hasil teh olahan belum bisa optimal terlebih masih kurangnya modal untuk pengembangan usaha.
Memen, Kepala Desa Ganjarsari mengatakan, industri teh olahan menjadi mata pencaharian utama di desanya. Tak kurang dari 41 persen penduduk desanya berkecimpung dalam bisnis produksi teh serbuk. "Sebanyak 600 KK di antaranya memiliki kebun teh sendiri dengan luas yang bervariasi, sementara sekitar 300 KK lantas menjadi buruh petik teh," katanya, Rabu (21/10).
Dari luas area Desa Ganjarsari yang mencapai 1.100 hektare, 45 persen di antaranya merupakan kebun teh. Dari seluruh luas kebun teh itu, 300 hektare merupakan perkebunan teh milik rakyat/warga, 350 hektare milik PTPN VIII Pangheotan, dan sisanya termasuk kawasan hutan lindung milik Perhutani .
Dalam satu kali masa petik, sebanyak 1 ton pucuk daun teh segar dari kebun teh rakyat itu dapat dikeringkan menjadi 220 kg teh kering. Untuk selanjutnya, teh kering akan diolah lagi menjadi serbuk teh sebelum dijual.
Tengkulak
Menurut Memen, selama ini, pola pemasaran serbuk teh dari desanya masih tradisional. Yaitu, menjual serbuk teh dalam bentuk bal/karung ke bandar besar atau tengkulak. "Untuk proses selanjutnya, kami tidak tahu. Polanya masih seperti itu. Hingga saat ini, lokasi pemasaran masih taraf lokal Kab. Bandung Barat hingga Kab. Purwakarta, adapun sampai ke luar kota baru mencapai Kab. Sukabumi," kata dia.
Memen berharap ada perhatian dari pemerintah terkait pengembangan industri teh rumahan di desanya. Keinginan ini mulai menuai harapan ketika Dinas Perdagangan, Industri, Koperasi, dan UKM (Disperindagkop) Kab. Bandung Barat memberikan bantuan berupa 1 unit mesin Yanmark 20 PK, 1 unit mesin penggiling, 1 unit mesin Jackson, 1 unit mesin multi pengering, serta pelatihan terhadap 20 orang pemilik industri kecil menengah (IKM) teh di Desa Ganjarsari.
Menurut Kasi Perindustrian Disperindagkop Kab. Bandung Barat Avira Nurfashihah, produk IKM teh di Kec. Cikalongwetan, utamanya di Desa Ganjarsari masih sulit untuk bersaing dengan kompetitor. Rendahnya daya saing produk serta keterbatasan kualitas sumber daya manusia menjadi penyebabnya.
"Rendahnya saing tersebut terlihat dari kemasan produk yang kurang menarik. Kami berupaya memberikan pelatihan ini untuk meningkatkan wawasan petani teh sehingga bisa meningkatkan mutu produk akhir dari pengolahan teh," katanya.




http://www.pn8.co.id/pn8/index.php?option=com_content&task=view&id=61&Itemid=1

Produk Makanan Lokal Harus Inovatif

CHOCODOT atau Coklat Dodol Garut alias coklat isi dodol, menjadikan Kiki Gumelar menjadi seorang pengusaha makanan ringan yang cukup dikenal di Pulau Jawa dan Bali. Melalui ide-ide briliannya ini pula pria ini berhasil mempromosikan wisata di Jawa Barat.

Chocodot sendiri sebenarnya adalah nama produk makanan khas dari Jawa Barat. Choco adalah singkatan dari Chocolate, sedangkan Dot merupakan singkatan Dodol Garut. Sejak berdiri tahun 2009 lalu, Chocodot masih diproduksi secara manual  di Kota Garut.

Di lihat sepintas, kemasan Chocodot sendiri nyaris tidak seperti produksi rumahan. Sebab, kemasan coklat dodol ini benar-benar mengikuti trend pasar. Tak heran, makanan ini mulai digemari para wisatawan untuk dijadikan ole-ole.

Selain kemasan yang menarik, para pemilik juga dituntut untuk selalu berinovasi untuk menciptakan produk-produk baru tampa mengabaikan cita rasa dan ciri khas dari produk yang dihasilkan. Dengan begitu, konsumen akan diberikan banyak pilihan.

Kiki Gumelar yang dihadirkan PT Kalila dalam acara ‘Pengembangan Bisnis Makanan Oleh-oleh Khas Riau’ untuk para pengelola industri rumahan di Pekanbaru dan Selatpanjang, mengajak pengelola industri rumahan ini lebih kreatif. Acara ini dihadiri,

Dia mencontohkan produk Chocodot yang diproduksi dengan berbagai cita rasa. Seperti Cipanas Black, dark chocolate with dodol, Jeruk Garut, dark chocolate with buah jeruk, serta belasan jenis chocodot dengan beragam rasa.

Selain berkreasi menciptakan rasa-rasa baru, menurut Kiki, pengelola harus  tetap mempertahankan ciri khas makanan itu sendiri. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah dibungkus dalam kemasan yang sangat menarik, yang bentuk kemasannya bisa mencerminkan rasa makanan itu sendiri.

Untuk menciptakan produk yang berkualitas, dan bisa bersaing di pasaran, diakui Kiki butuh kreatifitas dan kesabaran. Pengelola harus pintar melihat peluang dan meraih kesempatan. 

Di banding produk lokal, seperti cendol kering hasil produksi Kelompok Kerja binaan PT Kondur Petroleum di Selatpanjang, atau makanan-makanan ringan produk lokal lainnya, kemasan Chocodot tampak lebih bagus. Selain itu, produk lokal juga masih terkesan monoton dengan tetap mempertahankan satu rasa.
Kiki sendiri menyarankan, para pengelola industri makanan lokal untuk lebih kreatif menciptakan produk-produk baru dengan nama yang sedikit asing, namun gampang diingat. “Saya siap membantu,” kata dia. (Putra)

http://www.pekanbaruexpress.com/produk-makanan-lokal-harus-inovatif.html

PENGERTIAN, TUJUAN DAN MANFAAT PENILAIAN KINERJA KARYAWAN

Pengertian Penilaian Kinerja Karyawan
Dalam buku yang berjudul :”Manajemen Sumber Daya Manusia” (1995:327), menurut Henry Simamora kinerja karyawan adalah tingkat terhadap mana para karyawan mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan.
Yang dimaksud dengan sistem penilaian kinerja ialah proses yang mengukur kinerja karyawan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penilaian kinerja karyawan adalah :
1. karakteristik situasi,
2. deskripsi pekerjaan, spesifikasi pekerjaan dan standar kinerja pekerjaan,
3. tujuan-tujuan penilaian kinerja,
4. sikap para karyawan dan manajer terhadap evaluasi
Tujuan Penilaian Kinerja
Tujuan diadakannya penilaian kinerja bagi para karyawan dapat kita ketahui dibagi menjadi dua, yaitu:
Tujuan evaluasi
Seorang manajer menilai kinerja dari masalalu seorang karyawan dengan menggunakan ratings deskriptif untuk menilai kinerja dan dengan data tersebut berguna dalam keputusan-keputusan promosi. demosi, terminasi dan kompensasi.
Tujuan pengembangan
Seorang manajer mencoba untuk meningkatkan kinerja seorang karyawan dimasa yang akan datang.
Sedangkan tujuan pokok dari si stem penilaian kinerja karyawan adalah: sesuatu yang menghasilkan informasi yang akurat dan valid berkenaan dengan prilaku dan kinerja anggota organisasi atau perusahaan.
Manfaat penilaian kinerja karyawan
Pada umumnya orang-orang yang berkecimpung dalam manajemen sumber daya manusia sependapat bahwa penilaian ini merupakan bagian penting dari seluruh proses kekaryaan karyawan yang bersangkutan. Hal ini penting juga bagi perusahaan dimana karyawan tersebut bekerja. Bagi karyawan, penilaian tersebut berperan sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, kelebihan, kekurangan, dan potensi yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana dan pengembangan karir.
Dan bagi organisasi atau perusahaan sendiri, hasil penilaian tersebut sangat penting artinya dan peranannya dalam pengambilan keputusan tentang berbagai hal, seperti identifikasi kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, rekruitment, seleksi, program pengenalan, penempatan, promosi, sistem imbalan dan berbagai aspek lain dari proses dari manajemen sumber daya manusia secara efektif. 

http://dansite.wordpress.com/2009/04/10/pengertian-tujuan-dan-manfaat-penilaian-kinerja-karyawan/



Koki

Hasil Produksi Susu Sapi Wonosobo Bernilai Tinggi

Wilayah Wonosobo tidak hanya berpotensi untuk peternakan penggemukan sapi atau kambing. Namun juga cocok untuk pengembangan sektor produksi susu sapi, terbukti susu sapi hasil produksi peternak Kecamatan Kertek diatas nilai standard dengan harga jual mencapai Rp 3000 per liter. Menurut Susiantoro Ketua kelompok produksi susu murni Desa Kapencar Kecamatan Kertek bahwa dari sapi perahnya tiap hari menghasilkan susu dan dijual ke sebuah perusahaan nasional susu murni di Jogjakarta. Menurutnya, hasil uji pabrik tempat dia menjual, susu hasil produksinya diatas standar harga rata –rata yang per liter hanya dibeli Rp 2800 per liter, namun susu hasil produksinya dibeli Rp 3000 per liter.
“kualitas protein dan kesegaran susu sapi dari Wonosobo ini tergolong tinggi, sehingag menempati harga yang berbeda,”katanya
Dijelaskannya bahwa peluang usaha produksi susu sapi  di kabupaten Wonosobo cukup tinggi,dia mengukur dari usaha yang telah digeluti puluhan tahun ini. Dirincikannya bahwa dari 9 ekor sapi yang saat ini dimiliki, tiap dua hari mampu menjual 300 liter susu murni yang didistribusikan ke Jogjakarta.
“ Untuk saat ini penjualan memang baru kita lakukan dua hari sekali, karena mempertmbangkan ongkos transportasi dan susu yang dihasilkan, kemungkinan kalau sudah tambah sapinya bisa tiap hari kita jual,”katanya
Untuk mengembangkan usaha ini, kata Susiantoro, saat ini telah membentuk kelompok yang diikuti oleh 38 orang dari wilayah Kecamatan Kertek.namun baru beberapa anggota yang sudah mulai produksi karena masih tergolong baru.
“Hasil dari anggota yang baru juga mutunya sama, karena memang pola yang kita kembangkan sama,”katanya
Ditambahkan dia, bahwa agar mutu susu tetap baik, selama ini dilakukan perawatan secara baik, selian terus memperhatikan kesehatan sapi. Pola pakan yang diberikan kepada sapi menjadi penentu  kualitas susu yang dihasilkan yakni dengan memberi konsumsi rumput yang baik, gilasan singkong serta ditambah konsentrad agar mutu protein tetap baik.
“ Kalau dikalkulasi, satu sapi dalam sehari perawatan sekitar Rp 15 ribu, termasuk tenaga ternaknya,”katanya
Sementara Sekretaris Kecamatan Kertek Agus Wibowo mengungkapkan  bahwa potensi produksi susu sapi ini akan dikembangkan menjadi salah satu pilihan pengembangan ekonomi warga Kecamatan Kertek. Saat ini tidak hanya desa Kapencar yang membudidayakan susu sapi namun juga Desa Reco, Candiasan serta beberapa desa lain yang mempunyai potensi yang sama. Selain itu, dengan pengembangan produksi susu sebagai  ini sebagai alih fungsi ekonomi warga yang sebelumnya penambang galian c dan petani tembakau yang terpuruk. 



http://www.e-wonosobo.com/index.php?option=com_content&view=article&id=841:hasil-produksi-susu-sapi-wonosobo-bernilai-tinggi-&catid=101:seputar-wonosobo&Itemid=493

Proses Produksi Teh

Pelayuan pucuk
Pucuk teh yang telah dipetik akan terjadi perubahan – perubahan senyawa polisacharida dan protein. Ini mengakibatkan perubahan gula didalam daun yang dilayukan. Kandungan asam amino akan meningkat demikian pula dengan asam - asam organik lainnya. Semua perubahan ini dalam istilah pengolahan disebut sebagai proses pelayuan hal ini memberi pengaruh terhadap mutu teh.

Perubahan – perubahan kimiawi ini akan terganggu apabila pucuk terkena udara panas secara berlebihan atau pucuk mengalami kerusakan mekanis. Agar pucuk dapat digiling dengan baik pada proses penggilingan maka pucuk harus lentur. Oleh sebab itu kandungan air pucuk harus dikurangi dengan cara menghembuskan angin dengan RH rendah melalui pucuk. Pelayuan fisik ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan udara panas dengan waktu kurang dari 6 jam.

Kerataan tingkat layu fisik sangat menentukan mutu teh. Hasil petikan pucuk yang kasar dan rusak tidak akan menghasilkan mutu yang baik. Kira – kira 65 % air yang terkandung di dalam pucuk segar harus dihilangkan selama proses pelayuan, agar pucuk layu cukup lentur dan lemas untuk dapat digiling tanpa terpotong-potong.

Di dalam praktek pelayuan dilakukan dengan menggunakan kontak layuan ( Witehring trough ) atau dengan menggunakan rak – rak kayu yang ditumpuk. Di ujung kotak atau rak terdapat kipas yang berfungsi untuk menarik hawa panas yang dihasilkan dari mesin pengeringan yang terletak disebelah bawah kamar pelayuan.

Penggilingan Pucuk Layu
Tujuan utama penggilingan dalam pengolahan teh hitam adalah :
Mememarkan dan menggiling seluruh bagian pucuk agar sebanyak mungkin sel – sel daun mengalami kerusakan sehingga proses fermentasi dapat berlangsung secara merata.

Memperkecil daun agar tercapai ukuran yang sesuai dengan ukuran grade – grade teh yang diharapkan oleh pemasaran.

Memeras cairan sel daun keluar sehingga menempel pada seluruh permukaan partikel – pertikel teh.

Mesin – mesin dan peralatan yang digunakan terdiri dari :

Mesin penggilingan Open Top Roller( OT ) yaitu sebuah selinder yang terbuka di bagian atasnya dan bergerak memutar horizontal di atas sebuah meja yang dilengkapi dengan jalur – jalur gigi dan kerucut tumpul  pada titik pusatnya, alat ini terbuat dari bahan metal yang tahan karat dimana kecepatan putarannya 42 rpm.

Mesin penggiling press Cap Roller ( PC ) yang bentuknya sama dengan OT. Hanya saja penekan atau press cap untuk memberikan tekanan pada teh yang sedang digiling.

Mesin giling Rotervance ( RV ) yaitu sebuah silinder yang berukuran garis tengah inci ( 20 cm ) yang diletakan horizontal. Di dalam selinder ini terdapat as yang dilengkapi dengan sirip – sirip spiral pengisi. Pada bagian ujung terdapat plat pengatur tekanan berbentuk silang. As berputar dengan kecepatan 40 – 46 rpm tergantung dari kebutuhan.

Mesin ayak pemecah gumpalan teh atau Ballbreaker sifter ( BBS ). yang berputar horizontal dengan rpm 140 dilengkapi dengan konveyor pengisi untuk mengatur kerataan jumlah teh yang diayak.

Proses penggilingan dapat juga dikatakan proses sortasi basah., karena pada tahap ini hasil penggilingan akan berbentuk beberapa jenis bubuk teh : bubuk – 1, bubuk- 2, bubuk-3, bubuk-4 dan yang paling kasar disebut badag. Bubuk –1 dihasilkan dari pengayakan hasil pertama dari gilingan kedua dan demikian selanjutnya.

Urutan proses penggilingan di pabrik teh Maleber disusun sebagai berikut ( salah satu dari program giling ) : gilingan pertama menggunakan OT selama 40 Menit gilingan kedua : seluruh hasil gilingan pertama digiling ulang dengan rotervane 8” pengayakan hasil gilingan rotervane 8” (bubuk–1).Penggilingan ketiga menggunakan PC untuk sisa pengayakan ke-1 pengayakan hasil gilingan PC ( bubuk – 2 ). Penggilingan keempat menggunakan PC untuk sisa pengayakan ke-2 pengayakan hasil gilingan PC ( bubuk –3 dan badag )

Penggilingan PC memakan waktu 30 menit dengan pemberian tekanan 2 x 10 menit dan melepas tekanan ( Kirab ) 2 x 5 menit.

Berbagai jenis program digunakan dalam praktek oleh pabrik – pabrik teh hitam di Indonesia. Dalam hal ini yang diperhatikan adalah bahwa proses penggilingan ini disertai oleh proses fermentasi.

Proses fermentasi memerlukan pengaturan waktu yang tepat. Oleh sebab itu setiap program giling harus di tunjang oleh kelengkapan mesin yang tepat dan cukup jumlahnya dengan layout penempatan yang tepat pula. Kesemuanya disesuaikan pula dengan potensi hasil kebunnya. Mutu hasil akhir pengolahan teh hitam yang mantap ( konstan ) dari hari ke hari, merupakan tujuan yang utama.

Didalam tahap proses penggilingan ini pula, dipersiapkan dan dibentuk ukuran teh, sehinnga pada tahap sortasi teh tersebut sudah dalam ukuran yang sama.

Hasil penggilingan dan pengayakan basah yang baik, adalah yang dapat menghasilkan persentase yang setinggi mungkin untuk bubuk 1 dan 2 dengan ukuran teh yang kecil. Persentase bubuk 1 dan bubuk 2  harus sama dengan persentase bagian muda atau halus dari analisa pucuknya, dan kisama pula dengan persentase mutu ke 1 hasil sortasi keringnya.

Waktu lama fermentasi dihitung ketika pucuk layu masuk kedalam mesin giling petama sampai bubuk hasil giling pertama dimasukan kedalam mesin pengering. Agar semua bubuk basah yang dihasilkan setiap penggilingan mengalami waktu lama fermentasi yang sama, diperlukan perhitungan penyesuaian output gilingan dan input ( kapasitas ) mesin pengeringnya . Untuk itu setiap bubuk hasil penggilingan harus ditimbang dan dicatat. program giling diatas ternyata dapat menghasilkan bubuk 1 dan bubuk 2 masing –masing 30 % dan 40 % ( jumlah 78 % sampai 80 %)

Ruang penggilingan memerlukan kelembaban udara 95 % untuk menjaga agar tidak terjadi penguapan air dari teh yang sedang digiling. Khususnya bubuk basah yang sedang menungggu giliran masuk kedalam mesin pengering. Pengurangan kadar air dalam bentuk basah dapat menghambat proses oksidasi. Udara dalam ruangan harus segar dan cukup karena proses oksidasi memerlukan oksigen yang cukup pula.

Karena teh sangat peka terhadap bau-bauan, maka ruangan dan peralatan harus dijaga agar selalu bersih dan tidak bau. Air yang bersih untuk mencuci peralatan dan lantai ruangan harus cukup tersedia.

Pengeringan
Selain menghentikan proses oksidasi dalam bubuk teh basah, pengeringan bertujuan pula untuk menurunkan kandungan air didalam teh sampai +3 % kandungan air yang rendah ini bertujuan agar hasil pengeringan dapat mempertahankan mutu baiknya.

Mesin pengering konvensional yang hingga sekarang masih banyak digunakan industri teh hitam, adalah Endles Chain pressure Dryer ( ECP ). Mesin ini mengeringkan teh diatas rantai – rantai baki. Mesin dengan rantai – rantai baki 2 tingkat disebut “two stage ECP” yang bertingkat 3 disebut “three stage ECP” dan yang 4 disebut “four stage ECP”. Jenis ECP yang mutakhir yang banyak digunakan adalah jenis two stage.

Udara panas dengan suhu + 98°C dihembuskan dari bawah melalui lapisan teh diatas rantai terbawah kemudian keluar melalui lapisan teh diatas rantai baki paling atas. Suhu udara yang keluar dari mesin pengering ada sekitar 49°C kurang lebih 20 menit diperlukan untuk mngeringkan teh bubuk hingga kadar airnya mencapai 3 %.

Proses pengeringan bersama dengan proses penggilingan merupakan bagian dari pengolahan teh hitam yang harus dijalankan sesuai dengan tahapan pelaksanaan pekerjaan.

Sortasi keringan dan penyimpanan
Tujuan utama dari sortasi kering ini adalah memisahkan ukuran – ukuran teh yang terjadi akibat proses penggilingan menjadi kelompok – kelompok grade teh yang sesuai dengan permintaan pasaran teh sekarang ( Internasional ). Karena teh kering sangat peka terhadap kelembaban udara (sangat higroskopis) maka proses sortasi kering ini harus dilaksanakan sesederhana dan secepat mungkin.

Grade – grade ( jenis- jenis ) teh hitam yang dihasilkan sebagian besar oleh pabrik – pabrik di Indonesia sekarang adalah :

1. BOP = Broken Orange Pecco

2. BOPF = Broken Orange Pecco Pannings

3. PF = Pecco Panings

4. Dust

5. BP = Broken Pecco

6. BT = Broken Tea

Persentase grade pertama ini umumnya dapat mencapai 70 % hingga 85 % dari semua teh yang dihasilkan tergantung dari mutu standar petikan dan kondisi pucuknya. Besar kecilnya ukuran, sehingga sesuai dengan permintaan standar ukuran pasaran teh hitam, tergantung dari standar petikan, derajat layuan dan program gilingnya.

Mesin – mesin pengayak yang digunakan dalam sortasi kering, dibedakan satu dengan yang lainnya oleh jenis geraknya. Rotating sifter adalah mesin ayak yang gerakannya berputar horizontal. Sedangkan yang gerakannya maju mundur disebut mesin ayak Reciprocating dan yang naik turun disebut Vibrating Sifter disamping itu mesin pemisah tulang Electrostatic Stalk Separator. Winnower adalah mesin pemisah ukuran teh menurut berat jenis dengan menggunakan kipas penghisap angin.

Mesin ayak yang gerakannya maju mundur digunakan untuk memisahkan ukuran – ukuran yang bentuknya memanjang dari ukuran – ukuran teh yang bentuknya bulat.

Segera setelah selesai proses sortasi kering ini, semua teh ditimbang menurut jenis gradenya untuk kemudian dimasukan kedalam peti penyimpanan ( peti miring atau tea bin ). Dapat dibedakan bahwa sejumlah hasil timbangan grade-grade teh tersebut akan lebih besar dari pada berat teh keringnya. Besar kecilnya persentase overweight ini tergantung dari kelembaban udara ruang sortasi dan lamanya waktu yang diperlukan untuk proses sortasi.

Penyimpanan teh dalam peti miring akan memberikan kesempatan bagi suatu proses pematangan mutu dan mengumpulkan teh menurut jenisnya sehingga dapat di kemas dalam jumlah yang sama pada setiap kali pengepakan.

Semua rangkaian kegiatan proses produksi dari mulai pelayuan s/d sortasi masih menggunakan system ortodok (jaman dulu), namun hasilnya tidak kalah dengan system yang modern.



http://www.tenggaramaleber.com/proses-produksi-teh

Sabtu, 09 Oktober 2010

Es Kelapa Muda vs Es Tebu

Berbuka puasa dengan es degan/kelapa muda atau es tebu, keduanya sungguh sangat menyegarkan. Eits, ingat lagi puasa nih.
Dulu ketika diberi kesempatan tinggal di Denpasar, Bali, saya doyan sekali es kelapa muda. Penjualnya mudah dijumpai, berjajar di sepanjang Jl. Raya Puputan Renon, dan sungguh beruntung karena kantor tempat saya bekerja ada di Renon. Biasanya, sepulang kerja saya mampir untuk sekedar minum semangkuk es kelapa muda atau membeli sebungkus untuk diminum di rumah. Es kelapa muda di Denpasar ini unik karena dalam penyajiannya diberi jeruk nipis. Ah, jadi tambah segar rasanya.
Nah, kalau temannya, es tebu sangat jarang terlihat di Denpasar. Satu-satunya penjual yang sempat terlihat ada di depan kantor TVRI, itupun seringkali tidak terlihat berjualan. Sebelum sempat saya mencicipi rasanya dan melihat cara penyajiannya saya sudah harus pindah ke Jambi.
Berbeda dengan pengalaman di Denpasar, di Jambi justru penjual es tebu lebih mudah ditemui dibandingkan dengan penjual es kelapa muda.
Es kelapa muda di Jambi juga disajikan dalam mangkuk atau gelas besar, namun bisa juga diminum langsung dari buahnya, tentunya setelah diberi lubang diatasnya.
Es tebu di Jambi, menurut saya top banget. Warnanya yang hijau begitu menyegarkan, benar-benar menggambarkan rasanya. Lagi-lagi saya tidak kesulitan menemukannya karena penjualnya berjajar di sepanjang jalan menuju kantor saya di jalan Ahmad Yani.
Ada sedikit cerita di ‘belakang’ penjual es tebu yang saya dengar. Pertama, katanya kalau sudah mencicipi es tebu di Jambi, kita akan betah tinggal di sana. Menurut kepercayaan orang Jambi, siapa yang meminum air yang bersumber dari sungai Batanghari biasanya akan betah di Jambi. Nah kebun-kebun tebu itu katanya disiram pakai air sungai Batanghari. He he he, yah saya sih senang saja, lha wong doyan.
Cerita kedua, katanya, sebelum diperas tebu-tebu itu di rendam air gula supaya manis. Nah, kalau yang ini belum tahu apa benar atau tidak. Saya rasa ya percuma merendam tebu yang sudah manis kedalam rendaman air gula, apa tidak sia-sia perbuatan itu. Bukannya malah rugi, karena harga gula sendiri sudah mahal. He he he.
Denpasar sudah, Jambi, sudah, bagaimana dengan Surabaya?
Di Surabaya, kedua jenis minuman ini sangat mudah ditemui. Walaupun kali ini di sepanjang perjalanan menuju kantor, tidak ada yang menjual keduanya.
Penjual kelapa muda di Surabaya, yang saya ketahui, biasa dijumpai di sepanjang jalan Semarang, jalan A. Yani, jalan Menur dan jalan Ambengan (depan gereja Kristus Raja). Selain di tempat-tempat itu, di warung-warung makanan dan penjual bakso keliling juga seringkali tersedia. Tetapi hati-hati kalau membeli, karena terkadang kelapanya sudah tidak muda lagi dan keras rasanya.
Es tebu juga banyak dijual di beberapa tempat. Berbeda dengan di Jambi, es tebu Surabaya berwarna coklat. Saya tidak tahu apa yang membuatnya berbeda, tetapi karena warnanya itu maka sampai saat ini saya belum berani mencobanya.

http://irna1001.wordpress.com/2008/09/15/es-kelapa-muda-vs-es-tebu/

proses Pembuatan Coklat – Dari Biji Coklat Sampai Ke Mulut Anda

Pembuatan coklat mula-mula dipopulerkan oleh suku Maya dengan cara ditumbuk dan dicampur air sebagai minuman. Kemudian bangsa Spanyol menambahkan gula ke dalam minuman coklat sehingga enak dinikmati. Melihat potensi coklat untuk bisa menjadi bisnis besar, bangsa-bangsa lain mulai menanam dan mengembangkan tanaman cacao, sehingga biji cacao mulai ditanam di Srilangka, Venezuela, Sumatra dan Jawa. Indonesia termasuk salah satu negara penghasil coklat terbesar di dunia…
Di abad ke 19, coklat mulai dikonsumsi dalam bentuk padat, dan bangsa Swiss menambahkan susu ke dalam proses pembuatan coklat, sehingga kita sekarang mengenal jenis Milk Chocolate. Adalah Milton Hershey yang pertama mendirikan pabrik coklat sebagai bisnis yang serius dengan produknya yang memakai merek Hershey’s. Coklat yang kita kenal sekarang dalam berbagai macam bentuk, sebenarnya baru booming dalam 100 tahun terakhir ini.
Pembuatan coklat dimulai dari buah cacao yang bentuk dan besarnya seperti buah pepaya bangkok. Setelah buah matang, dibelah, dan bijinya dikeluarkan. 1 buah cacao kira-kira memiliki 40-50 biji cacao yang bentuk dan besarnya seperti biji nangka. Biji cacao itu dijemur selama 5-7 hari sampai kering, kemudian dikirim ke pabrik pemrosesan coklat. Di pabrik, biji cacao diroasting selama beberapa jam. Cara, temperatur dan lamanya memanggang mempengaruhi aroma coklatnya. Tiap pabrik punya cara baku tersendiri. Setelah itu biji cacao dipecahkan kulit arinya sehingga tinggal bagian dalamnya, yang disebut cocoa nibs. Proses selanjutnya, cocoa nibs itu digiling dengan mesin penggiling sehingga menjadi seperti pasta, yang disebut cocoa liquor. Cocoa liquor diproses lagi menjadi cocoa powder atau eating chocolate (coklat siap makan) melalui satu rangkaian proses yang rumit. Proses ini yang akan menentukan kualitas akhir coklat tersebut.

Pembuatan coklat
pada dasarnya akan menghasilkan 2 macam eating chocolate, yaitu Chocolate Couverture yg beraroma coklat yang kuat, memiliki titik leleh yang rendah, sehingga dia akan cepat lumer di dalam mulut atau di ruangan yang hangat, dan Chocolate Compound yang memiliki aroma coklat yang kurang kuat karena kandungan coklatnya yang lebih rendah dan didalamnya ditambahkan vegetable fat (sejenis minyak sayur) dengan tujuan membuatnya lebih tahan terhadap hawa panas, sehingga lebih mudah dibentuk, mudah dalam penyimpanan dan transportasi, karena tidak mudah lumer.


http://www.tokocoklat.net/pembuatan-coklat-dari-biji-coklat-sampai-ke-mulut-anda/

Proses Membuat Buku-Buku Komik

Membuat sebuah buku komik sebenarnya merupakan proses yang sangat rumit. Ada banyak langkah utama yang harus ditempuh dan dapat melibatkan banyak orang untuk memprosesnya. Dari ide-ide yang dikemukakan, kita akan melihat apa saja yang dilakukan untuk membuat sebuah komik sehingga Anda bisa tahu apa yang diharapkan ketika Anda membuat komik Anda sendiri.
  1. Ide/konsep Setiap komik diawali oleh ide/konsep. Ide/konsep itu bisa berupa pertanyaan, seperti "Aku bertanya-tanya apa yang akan terjadi bila seorang tentara nasional Amerika bertemu dengan makhluk asing?" Bisa juga berupa suatu konsep perjalanan waktu. Atau berdasarkan suatu tokoh, misalnya Kapten Jaberwocky, seorang pria berhati monster. Semua itu bisa saja menjadi dasar sebuah komik.
  2. Penulis/cerita Orang atau kelompok orang ini membuat keseluruhan cerita dan dialog yang ada dalam komik. Akan lebih mudah bila penulis memunyai ide atau konsep sendiri, tetapi ini bukanlah suatu keharusan. Penulis akan memberikan dasar struktur, ritme, seting, tokoh, dan plot yang digunakan pada komik. Kadang-kadang cerita itu benar-benar sempurna, termasuk latar dan karakter yang ada pada cerita tersebut. Atau bisa pula penulis memberikan dasar alur cerita, kemudian dialognya akan disusulkan.
  3. Ilustrator (penciller) Ketika cerita atau alur cerita selesai dikerjakan, selanjutnya adalah tugas ilustrator (penciller). Ia menggambar cerita yang ada dengan pensil sehingga pemberi tinta bisa membenahi kesalahan atau perubahan yang mungkin terjadi. Ia bertangung jawab pada seluruh tampilan komik, juga menjadi bagian penting seluruh proses pembuatan komik sebab komik sering dinilai berdasarkan hasil kerjanya.
  4. Pemberi tinta (inker) Pemberi tinta menerima gambar dari ilustrator, menambahkan tinta hitam pada seluruh garis gambar sehingga menambah nilai seni dan memberi kesan tiga dimensi yang lebih dalam. Ia juga mengerjakan hal-hal lain, seperti memudahkan gambar untuk disalin dan diwarnai karena terkadang hasil gambar dari pensil agak kasar. Beberapa ilustrator akan mengerjakan proses ini sendiri, tetapi penintaan membutuhkan keterampilan lain daripada yang dibutuhkan oleh ilustrator. Meskipun kadang-kadang ditujukan untuk memperindah, penintaan merupakan proses terpenting yang memberi kesempurnaan dan tampilan yang indah. Dan hal ini merupakan hak dari seniman itu sendiri.
  5. Pemberi warna (colorist) Ia bertugas menambahkan warna, pencahayaan, dan bayangan pada gambar dalam komik. Perhatian khusus pada setiap detailnya amatlah penting karena jika pemberi warna tidak menggunakan warna yang tepat, pembaca tidak akan mengetahuinya. Bila rambut dari tokohnya berwarna coklat dalam satu adegan, lalu pirang di adegan yang lain, pembaca akan bingung. Seorang pemberi warna yang baik akan membuat halaman yang harus diwarnai menjadi lebih hidup. Beberapa orang memilih untuk tidak melakukan proses ini; beberapa melakukannya untuk menghemat dana, yang lain untuk memberi tampilan lain pada gambar-gambar itu. Meskipun kebanyakan tidak terjual selaris komik berwarna, beberapa komik seperti ini juga bisa laris, misalnya Image Comics, "The Walking Dead".
  6. Penulis skenario (letterer) Tanpa kata-kata untuk memperdalam cerita, pembaca akan kebingungan. Dalam tahap ini, penulis skenario membubuhkan kata-kata, efek suara, judul, tulisan di bawah gambar, serta kata-kata dan pikiran dalam awan/gelembung. Beberapa penulis skenario mengerjakannya secara manual dengan tangan dengan bantuan Ames Guide dan T-Square, tetapi kebanyakan melakukannya dengan komputer.
  7. Editorial Dalam proses ini, editor mengawasi kualitas produksi. Bila terjadi kesalahan, mereka mengembalikannya kepada pembuatnya atau orang lain untuk membenarkan kesalahan yang ada, bahkan kadang-kadang memperbaikinya sendiri. Editor adalah baris pertahanan terakhir untuk menemukan kesalahan dan meyakinkan bahwa komik ini adalah suatu komik yang berkualitas.
  8. Pencetakan/Penerbitan Saat komik selesai dikerjakan, itu berarti waktunya untuk dicetak. Biasanya dicetak, kadang-kadang dibuat digital. Mesin cetak yang digunakan dipilih khusus dan disewa untuk mencetak komik-komik tertentu. Kadang-kadang hanya dalam beberapa minggu saja, komik-komik dapat dicetak dan siap jual.
  9. Pemasaran Bila komik sudah siap jual, bahkan sering kali sebelum komik ini selesai, saatnya untuk dipasarkan. Peluncuran lewat situs-situs, majalah-majalah, dan iklan akan menolong komik tersebut laris terjual. Bila sudah siap, salinan ulasan bisa dikirim kepada para pengulas. Bila komik itu bagus, sering kali terlebih dahulu diiklankan secara terus-menerus di internet.
  10. Pendistribusian Anda memerlukan cara supaya komik Anda dikenal banyak orang. Cara yang paling umum adalah Diamond Comics, cukup banyak distributor yang menyalurkannya pada pengecer. Proses pemasarannya penuh strategi dan Anda memerlukan penjualan yang cepat, tetapi akan sangat penting bila komik Anda bisa sampai ke tangan para pengecer. Cara lain bisa dengan mengadakan pertemuan para pembuat komik yang juga diadakan di seluruh dunia. Anda bisa membuat suatu situs untuk menjual dan mengirimnya melalui e-mail atau mungkin menitipkannya ke toko buku bila mereka mau menjualkannya.


    http://pelitaku.sabda.org/proses_membuat_buku_buku_komik

Usaha Sepatu & Sandal Datangkan Omzet 7 Juta per Hari!

Pasar Mester di Jatinegara, Jakarta Timur, telah lama menjadi pusat jual beli beraneka ragam kebutuhan masyarakat Jakarta. Di pasar ini dijual berbagai barang, mulai dari perlengkapan sholat, suvenir pernikahan, hingga sayur mayur.

Satu lagi kebutuhan masyarakat yang melengkapi pasar ini, yaitu sentra penjualan alas kaki lokal dan impor. Sentra ini terletak di lantai dua gedung Jatinegara Trade Center (JTC). Secara umum, sentra ini memisahkan pedagang eceran dan grosir. Pedagang eceran berada di bagian depan sentra.

Begitu menyambangi sentra ini, Anda akan menemukan berbagai macam jenis dan merek sepatu maupun sandal untuk pria dan wanita. Ada sepatu kerja, sepatu olahraga, selop untuk pesta, hingga sandal murah meriah.

Lautan alas kaki ini tersusun rapi di rak-rak yang ada di dalam maupun di depan kios. Jika pengunjung sedang sepi, mudah saja Anda melenggang di gang-gang sempit antara satu kios dengan kios lainnya.

Tapi, jangan kesal kalau pengunjung sedang ramai-ramainya. Anda harus berdesak-desakan di antara para pengunjung lain yang kerap menghentikan langkah di depan sebuah kios dengan seenaknya. Entah tiba-tiba terpikat salah satu alas kaki di sebuah kios, atau malah adu urat dengan pedagang untuk menawar barang.

Sah-sah saja melakukan tawar-menawar di sentra penjualan alas kaki Pasar Mester ini. Justru inilah salah satu kelebihan sentra ini dibanding membeli alas kaki serupa yang sudah masuk pusat perbelanjaan.

Aling, pemilik toko sepatu dan sandal Karunia mengklaim, kualitas barang-barang dagangannya tak kalah dibandingkan dengan alas kaki yang dijajakan di mal-mal kelas menengah. "Malah di sini pilihannya lebih banyak," ujarnya setengah berpromosi.

Para penjual alas kaki di sentra ini ada yang khusus menjual barang impor, hanya barang lokal, atau kombinasi antara keduanya. Aling mengaku lebih banyak menjual produk lokal daripada impor. Komposisinya sekitar 60% produk lokal dan 40% produk impor. Dia mengambil opsi ini lantaran menjual alas kaki secara eceran. "Di sini memang lebih banyak penjual alas kaki eceran," kata Aling.

Beda lagi dengan toko Citra Bunda, milik Nano Kantiono, yang hanya menjual alas kaki lokal. Nano memajang sekitar 200 pasang alas kaki di kiosnya. "Plus stok, ada sekitar 300 pasang alas kaki," ujar Nano.

Nah, jika ingin membeli alas kaki partai besar atau grosiran, masuklah lebih dalam ke sentra ini. Para pedagang grosiran memiliki kios yang lebih besar namun agak kurang pencahayaan.

Nano menceritakan, sentra penjualan alas kaki grosiran di JTC ini sudah berumur lebih dari 20 tahun. Sekitar empat tahun lalu, baru muncul sentra pedagang eceran. Nano memprediksi, total kios di sentra ini ada sekitar 200 unit.

Ukuran luas kios di sini relatif sama, yakni sekitar 3 x 4 meter. Tidak ada pembatas khusus yang membatasi kios yang satu dengan sebelahnya. Hanya cara penataan sepatu yang menimbulkan kesan pembatas kios. "Di sini biaya sewanya sebesar Rp 15 juta per dua tahun," ujar Aling.


Omzet Tergerus karena Persaingan

Jangan pernah membayangkan kondisi sentra penjualan alas kaki di gedung Jatinegara Trade Center (JTC), Pasar Mester Jatinegara, senyaman ketika menyambangi pusat perbelanjaan. Anda tidak akan menemukan ruangan yang sejuk berkat penyejuk ruangan yang berfungsi optimal.

Anda juga tidak bisa memanjakan mata dengan melihat pemandangan tatanan alas kaki yang memukau dengan pancaran efek tata cahaya. Sentra penjualan alas kaki di lantai dua Gedung JTC ini lebih mirip pasar tradisional daripada sentra perdagangan layaknya pusat perdagangan lain yang menjamur di berbagai sudut Ibukota.

Belum lagi jika melihat sistem pencahayaan gedung yang terlihat seadanya. Malah, pantas juga bila Anda menyebut keadaan sentra ini remang-remang.

Barangkali penyebabnya adalah sistem ventilasi yang kurang mendukung. Selain itu, begitu padatnya pedagang yang menyesaki sentra ini semakin membuat suasana gedung ini pengap.

Padahal, sentra tempat jualan alas kaki yang melayani pembelian eceran ini dilengkapi oleh fasilitas penyejuk ruangan. "Kalau ruangan untuk para pedagang grosir di sebelah itu baru tidak ada penyejuk ruangannya," ujar Aling, pemilik toko sepatu dan sandal Karunia.

Toh, lokasi yang tidak begitu nyaman tak menyurutkan para pengunjung menyesaki sentra alas kaki ini. Maklum, harga jual alas kaki di tempat ini benar-benar miring.

Apalagi jika Anda jago menawar. Harga alas kaki dari pabrik, yang biasanya sudah harga mati, masih bisa kena potongan harga yang lumayan. Misalnya saja, sandal eceran buatan industri rumahan yang berasal dari Bogor. Harga sandal ini hanya Rp 25.000–Rp 35.000 per pasang.

Adapun harga sandal eceran buatan pabrik lokal harganya sekitar Rp 65.000–Rp 100.000 per pasang. "Harga itu masih bisa kena diskon. Kami tidak bisa menahan harga tinggi karena ketatnya persaingan," ujar Aling.

Persaingan harga di antara sesama pedagang alas kaki di sentra ini memang sangat terasa. Aling berkisah, sekitar dua tahun lalu dia masih bisa menjual alas kaki impor dari China yang berkualitas bagus dengan harga sampai di atas Rp 200.000 per pasang. Meski harga tinggi, peminatnya masih membeludak.

Waktu itu pedagang eceran di sentra ini masih sedikit. Jadi, Aling berani menjual alas kaki dengan harga tinggi. Tapi, sekarang, setelah daya beli masyarakat menurun lantaran krisis ekonomi global menerjang, Aling tidak berani lagi memasok alas kaki impor yang berkualitas bagus.

Paling-paling dia hanya berani menjual alas kaki impor dengan harga berkisar Rp 135.000–Rp 185.000 per pasang. "Penentuan harga tergantung dari merek dan modelnya," kata Aling.

Alhasil, toko alas kakinya yang baru berusia dua tahun ini belakangan hanya mampu mencetak omzet sekitar Rp 25 juta per bulan. Padahal, ketika awal buka, ia bisa meraih omzet sekitar Rp 40 juta per bulan.

Begitupun dengan omzet Nano Kantiono, pemilik toko sepatu dan sandal Citra Bunda. Omzetnya saat ini paling banter sekitar Rp 1 juta per hari. Padahal, sebelum permintaan pasar menurun, omzetnya bisa mencapai Rp 4 juta per hari.


Gembira Menanti Datangnya Hari Libur

Suasana sentra penjualan alas kaki di Gedung Jatinegara Trade Center (JTC), Pasar Mester, Jatinegara, Jakarta Timur memang tidak begitu nyaman. Tapi bukan berarti tempat ini tidak layak Anda kunjungi.

Sentra ini menjadi surga bagi para pedagang alas kaki dari seluruh penjuru Jakarta. Mereka datang ke tempat ini untuk membeli berkarung-karung alas kaki untuk dijual kembali.

Salah satu pengunjung rutin sentra ini adalah Yahdi Larusdi, pedagang kelontong di daerah Pondok Gede, Bekasi. Yahdi sudah memiliki beberapa toko grosir langganan untuk membeli alas kaki untuk dia jual kembali secara eceran.

Yahdi biasanya mangkal di Pasar Auri, Pondok Gede, untuk berjualan alas kaki dan perlengkapan rumah tangga lainnya. Dia menggunakan mobil pick up untuk menjual barang-barang dagangannya itu. "Kadang saya keliling ke perumahan," kata Yahdi.

Dalam seminggu, Yahdi bisa menyambangi sentra ini hingga tiga kali. Dia bisa membeli berkodi-kodi alas kaki tiap kali datang ke sentra ini. Setiap kali berbelanja, dia bisa menghabiskan duit sekitar Rp 2 juta-Rp 3 juta.

Saat ini, sandal karet untuk pria adalah alas kaki yang paling banyak terjual. Sepasang sandal itu ia jual sekitar Rp 15.000 per pasang. Dengan harga pokok pembelian Rp 140.000 untuk 20 pasang alias Rp 7.000 per pasang, keuntungan yang dia peroleh bisa lebih dari 100%. "Saya bisa untung besar kalau berbelanja di sini. Harga jual grosirnya murah," kata Yahdi.

Para pedagang eceran yang berjualan di sentra ini juga mencecap margin yang lumayan. Nano Kantiono, pemilik toko Citra Bunda, mengaku bisa mendapat margin sekitar 25% dari penjualan sepasang alas kaki. Tiap hari, dia menjual 15-20 pasang alas kaki.

Akhir pekan adalah momen yang ditunggu-tunggu oleh para pedagang eceran alas kaki di sentra ini. Sebab, pekan itu, pengunjung biasanya lebih banyak dan penjualan mereka akan meningkat.

Aling, pemilik toko alas kaki Karunia, mengatakan, bisa menjual 25 pasang alas kaki ketika akhir pekan tiba. "Kalau hari biasa hanya laku sekitar 10 pasang alas kaki," kata Aling.

Tak hanya akhir pekan, pedagang di sentra ini juga panen raya saat musim libur sekolah. Pada waktu itu, banyak ibu yang ingin membelikan sepatu baru bagi anaknya. Itulah waktunya para pedagang alas kaki di sentra ini mengeruk untung.

Yahdi mengaku tiap liburan sekolah omzetnya melesat berkali-kali lipat. Jika biasanya dia hanya bisa menjual 20 alas kaki per hari, ketika libur sekolah dia bisa menjual sepatu sekolah anak hingga 100 unit per hari. "Omzet per hari bisa sampai Rp 7 juta," kata Yahdi.

Menariknya, para pedagang alas kaki eceran di sentra ini mengambil barang dagangannya dari pedagang grosir yang hanya terpisah tembok ini. "Jadi, sewaktu-waktu ada barang baru, saya langsung ke sebelah," ujar Aling.

Nah, sekadar saran bila ingin berlama-lama belanja di sentra ini: jangan datang terlalu siang. Sebab, pukul empat sore para pedagang sudah menutup kios. Waktu yang paling ideal datang ke sini sekitar pukul 10 pagi, setelah para pedagang selesai menyiapkan kiosnya satu jam sebelumnya. 
 
http://batamglobal.blogspot.com/2010/04/usaha-sepatu-sandal-datanglan-omzet-7.html